Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

My Prayer

Tuhan, terima kasih Atas penyertaanMu di tahun 2008 dalam kehidupan dan pelayanan, sungguh suatu anugerah menjadi orang yang melayaniMu. Namun masih terlalu banyak kekurangan dan kelemahan di dalam hidupku, yang bisa menjadi cacat di dalam diri orang-orang yang seharusnya membawa kemuliaanMu. Ampuni ya Tuhan... Tuhan, terima kasih Atas keluarga yang indah, Yosy - isteri yang luar biasa menjadi penolong dan penuh hikmat serta menjadi mahkota berharga untuk suami, ketiga anak laki-laki sebagai milik pusakaMu (Nofa Aro, Reforivan dan si bungsu Revival) yang Engkau percayakan dalam hidupku. Yang mana melalui mereka, Engkau melatih diriku memiliki hati Bapa, menjadi imam dan teladan dalam perkataan juga perbuatan. Bahkan Engkau telah memberiku satu keluarga yang luar biasa melalui Papa yang sudah Engkau panggil pulang, mama yang masih di Nias dan adik adik (Memo di Palangkaraya, Fota di Leeds, Henny dan Ratna di Nias) yang selalu hadir saat dibutuhkan. Terima kasih, Tuhan Atas setiap kesemp

BAGAIMANA MENDENGAR SUARANYA?

Artikel ini dimuat di dalam Tabloid Keluarga Edisi 40/Thn II/Des 2008 Mendengar suara Tuhan? Siapa yang tidak tertarik dengan karunia yang satu ini. Selain menarik, juga orang yang memilikinya terlihat berbeda di banding orang lain. Seolah-olah, pemilik karunia ini memiliki hubungan langsung dengan Tuhan, yang setiap saat dapat mendengar suaraNya, mengerti isi hatiNya dan mampu menjadi jembatan antara orang lain dengan Tuhan. Itu sebabnya, orang yang memiliki karunia ini dituntut mengembangkan karakternya sedemikian rupa sehingga melaluinya orang lain bisa dibangun, ditegur, dinasehati dan di bawa dekat kepada Tuhan untuk mengalami transformasi di dalam hidupnya. Kalau tidak, maka karunia ini dapat disalahgunakan. Sudah banyak kasus di kalangan Kristiani perihal penyalahgunaan karunia ini seperti manipulasi, okultisme dan hal-hal lain yang mengarah pada praktek perdukunan. Kalau demikian yang terjadi, orang tidak dibawa bertemu dan mengandalkan Tuhan, melainkan digiring pada pribadi pe

SECUPAK GANDUM SEDINAR

Pernah mendengar kalimat tersebut? “ Secupak gandum sedinar (Wahyu 6:6)” Rasanya ‘ngeri’ membayangkan hal itu jika benar-benar terjadi. Maksudnya jelas. Tercatat di dalam Kitab Wahyu, saat pembukaan materai ketiga, setelah materai pertama dibuka berupa hadirnya anti Kris dengan perdamaian palsunya, kemudian diikuti pembukaan materai kedua berupa penunggang kuda merah padam yang akan membawa peperangan di muka bumi; muncullah penunggang kuda berikutnya setelah materai ketiga dibuka, seseorang yang menunggangi kuda hitam membawa timbangan di tangannya. Sambil berjalan, terdengarlah suara dari keempat makhluk yang berkata, “secupak gandum sedinar!”. Maksudnya apa? Secupak adalah ukuran sebesar segenggam telapak tangan orang dewasa Timur Tengah. Jadi kurang lebih mencapai satu liter. Sedangkan sedinar adalah nilai mata uang waktu itu yang jika dikurskan saat ini kurang lebih sama dengan US$ 0.17. Dan nilai itu adalah besar upah seseorang yang bekerja sehari penuh. Coba anda bayangkan, den