NATUR ALAMIAH VS PERINTAH TUHAN
Kita sering bertindak dengan natur alami kita yakni skill, ketrampilan, rasionalitas dan pengetahuan. Petrus pernah seperti itu. Dia adalah seorang nelayan yang berpengalaman dan punya jam terbang tinggi. Ketrampilannya menjala, telah membentuk natur alamiah di dalam dirinya untuk melihat tanda bintang di langit dan menemukan tempat strategis di dalam danau, yang dipenuhi ikan. Pengalaman telah membentuk pengetahuan di dalam dirinya, ia tahu kapan harus ke danau dan dimana harus menebar jala. Seringkali kita seperti itu. Bertindak dengan tuntunan natur alamiah, sebuah produk yang bibitnya sudah kian ada di dalam diri kita dan dipertajam melalui proses belajar atau sejumlah pengalaman.
Tetapi persoalannya adalah, kekayaan pengalaman, pengetahuan, dan skill yang kita punya itu, seringkali bertentangan dengan arahan Tuhan. Petrus juga pernah mengalaminya benturan itu. Ketika semalam-malamnya ia bersusah payah menjala ikan dan pulang tanpa hasil, yang tersisa cuma kelelahan. Di titik itu, Yesus memerintahkannya kembali ke danau, menyebar jala dan melakukan hal serupa di tempat dimana ia barusan dari sana. Maka masuk akal ketika Petrus berkata, “telah semalam-malaman kami dari sana”. Memberi argumentasi rasional termasuk dalam wilayah natur alamiah manusia.
Perintah Tuhan seringkali memicu pertentangan dan melahirkan konflik batin. Mengapa? Pertentangan membuat kita harus menentukan pilihan, taat atau tidak. Banyak anak-anak Tuhan kehilangan kesempatan besar di dalam hidup mereka karena ketidaktaatan. Biasanya ini adalah pilihan populer. Banyak alasannya. Pengalaman menolaknya. Ketidakmungkinan menjadi dalihnya. Bahkan kedagingan kita menolaknya. Petrus yang sudah bergaul akrab dengan Yesus saja, mencoba memberikan argumentasi , menolak perintah Yesus untuk ‘kembali ke sana’. Ia merasa usaha itu sia-sia.
Arahan Tuhan atau pewahyuanNya, merupakan sebuah prophetic message yang hanya bisa dimengerti dengan iman dan dijalankan dengan ketaatan sepenuhnya. Bahkan tidak memerlukan dukungan pengertian atau respon rasionalitas kita. Pokoknya, kemana Tuhan tuntun, kesanalah kita seharusnya bergerak. Seperti Petrus yang tetap taat meskipun sempat berdebat, kita seharusnya taat tanpa sebuah perdebatan. Mata Petrus terbuka. Di tempat yang sama, dia menyebar jala dan mendapatkan ikan dalam jumlah besar. Perahunya hampir tenggelam memuat ikan. Pesan, arahan atau pewahyuan dari Tuhan mungkin tidak masuk akal bagi kita. Tetapi Dia Tuhan dan kita manusia. Tidak ada yang mustahil bagiNya. Perdebatan dan argumentasi hanya mengulur waktu, yang memperlambat campur tangan Tuhan. Semakin kita cepat taat dan memberi respon sesuai apa yang Tuhan mau, semakin cepat berkat, penyelesaian, pemulihan, pertolongan itu datang. Pilihan ada di tangan kita.
Orang yang dituntun oleh Tuhan akan selalu menemukan terobosan baru di dalam hidupnya !
Tetapi persoalannya adalah, kekayaan pengalaman, pengetahuan, dan skill yang kita punya itu, seringkali bertentangan dengan arahan Tuhan. Petrus juga pernah mengalaminya benturan itu. Ketika semalam-malamnya ia bersusah payah menjala ikan dan pulang tanpa hasil, yang tersisa cuma kelelahan. Di titik itu, Yesus memerintahkannya kembali ke danau, menyebar jala dan melakukan hal serupa di tempat dimana ia barusan dari sana. Maka masuk akal ketika Petrus berkata, “telah semalam-malaman kami dari sana”. Memberi argumentasi rasional termasuk dalam wilayah natur alamiah manusia.
Perintah Tuhan seringkali memicu pertentangan dan melahirkan konflik batin. Mengapa? Pertentangan membuat kita harus menentukan pilihan, taat atau tidak. Banyak anak-anak Tuhan kehilangan kesempatan besar di dalam hidup mereka karena ketidaktaatan. Biasanya ini adalah pilihan populer. Banyak alasannya. Pengalaman menolaknya. Ketidakmungkinan menjadi dalihnya. Bahkan kedagingan kita menolaknya. Petrus yang sudah bergaul akrab dengan Yesus saja, mencoba memberikan argumentasi , menolak perintah Yesus untuk ‘kembali ke sana’. Ia merasa usaha itu sia-sia.
Arahan Tuhan atau pewahyuanNya, merupakan sebuah prophetic message yang hanya bisa dimengerti dengan iman dan dijalankan dengan ketaatan sepenuhnya. Bahkan tidak memerlukan dukungan pengertian atau respon rasionalitas kita. Pokoknya, kemana Tuhan tuntun, kesanalah kita seharusnya bergerak. Seperti Petrus yang tetap taat meskipun sempat berdebat, kita seharusnya taat tanpa sebuah perdebatan. Mata Petrus terbuka. Di tempat yang sama, dia menyebar jala dan mendapatkan ikan dalam jumlah besar. Perahunya hampir tenggelam memuat ikan. Pesan, arahan atau pewahyuan dari Tuhan mungkin tidak masuk akal bagi kita. Tetapi Dia Tuhan dan kita manusia. Tidak ada yang mustahil bagiNya. Perdebatan dan argumentasi hanya mengulur waktu, yang memperlambat campur tangan Tuhan. Semakin kita cepat taat dan memberi respon sesuai apa yang Tuhan mau, semakin cepat berkat, penyelesaian, pemulihan, pertolongan itu datang. Pilihan ada di tangan kita.
Orang yang dituntun oleh Tuhan akan selalu menemukan terobosan baru di dalam hidupnya !
untuk menentukan pilihan yang dosa dan tidak dosa tentu kita akan tau bahwa kita harus pilih yang nggak dosa (meskipun ga selalu kita lakuin hueheheh....)
BalasHapusyang seringkali jadi kendala itu justru menentukan pilihan yang semuanya tidak dosa, menentukan pilihan yang paling tepat dari semua opsi yang ada.
komentarnya gmn pa?
thx God Bless