DAUD




Studi Karakter Tokoh Alkitab dari 2 Samuel
Oleh: Ps. Sonny Zaluchu

>> Ijin pengutipan atau pemuatan dalam warta gereja diberikan dengan tetap 
mencantumkan sumber tulisan dan penulisnya. Tuhan memberkati


Sejarah Singkat Kehidupan Daud
Di bukit Sion Israel, dekat dengan upper room (tempat para murid menerima Roh Kudus di hari pentakosta), ada sebuah patung yang sangat indah. Patung itu menggambarkan sosok seorang raja yang memegang kecapi di tangannya. Itulah patung raja Daud, seorang Raja Israel yang sangat dikagumi bahkan sampai hari ini. “Makam-nya” dekat patung itu berdiri, selalu ramai dikunjungi dan diziarahi. DAUD adalah salah satu raja Israel yang terkenal. Dari seorang gembala kecil, yang sempat diremehkan manusia dalam pemilihan raja Yehuda oleh Samuel, Tuhan promosikan hidupnya menjadi Raja Israel yang besar. Lahir sebagai bungsu di dalam keluarga besar Isai, orang Bethlehem. Setelah pengurapan turun atasnya, Daud terlihat berbeda. Dalam sebuah pertempuran melawan orang Filistin, pahlawan mereka, Goliat, dibunuh oleh Daud hanya dengan menggunakan pengumban. Tuhan terus menyertai Daud dan mengangkatnya naik, apalagi di dukung fakta bahwa Tuhan sudah tidak lagi menyukai Saul. Sempat menjadi pelarian di gurun karena tidak disukai dan dikejar-kejar Saul, tetapi proses itu justru membentuk ketangguhan karakter Daud. Dia bergaul dengan orang-orang buangan yang setia kepadanya. Pasca kematian Saul, Daud atas penetapan Tuhan menjadi Raja atas Yehuda di Hebron. Dia memerintah selama 7.5 tahun di sana. Kekuasaannya kemudian meluas. Seluruh Israel memintanya menjadi raja. Dan selama 33 tahun berikutnya, ia memerintah Israel di Jerusalem. Keberhasilannya menjadi inspirasi banyak orang. Bukti penyertaan Tuhan disetiap langkahnya, sangat nyata. Karakternya yang menonjol adalah cinta Tuhan. Perilakuknya banyak dibentuk kembali oleh Tuhan melalui berbagai masalah di dalam perjalanan hidupnya. Berbagai situasi, baik yang datang dari luar, terlebih dari dalam dirinya, dipakai Tuhan untuk mematangkan karakternya. Hasilnya, Daud finishing well. Dia menyelesaikan tugasnya sebagai raja Israel hingga ke suksesi yang  lancar, telah memutih rambutnya dan meninggal di dalam kemuliaan dan kehormatan. Berikut ini beberapa karakter Daud yang menonjol yang kiranya menjadi inspirasi buat kita.

§  Daud Sangat Mencintai Tuhan
Hubungan Daud dengan Tuhan sangat indah. Daud sangat cinta Tuhan sedemikian rupa sehingga merasa hidupnya hampa dan tidak punya apa-apa tanpa Tuhan. Kecintaannya pada Tuhan bukan hanya sebatas lip-service tetapi melibatkan jiwanya secara emosional. Dia dikenal sebagai raja yang bersedia memberi apapun dan melakukan apapun untuk Tuhan. Salah satu tanda cinta adalah memberi yang terbaik. Dan Daud, adalah contoh dari sedikit orang-orang di dalam Alkitab yang hidupnya selalu memberi yang terbaik untuk Tuhan. Baginya, Tuhan adalah segala-galanya dan di atas segala-galanya. Daud sangat mengerti bahwa segala pencapaiannya sebagai Raja yang diurapi, kaya secara material dan kerajaan yang demikian kokoh, terjadi bukan karena usahanya sendiri tetapi karena Tuhan menyertainya di satu sisi dan di pihak lain, karena Daud mengandalkan Tuhan. Kecintaannya akan Tuhan melahirkan banyak sekali Mazmur. Makanya Daud juga dikenal sebagai sosok pemuji dan penyembah dengan kecapi di tangannya. Setiap orang yang rindu mengalami perjumpaan dengan Tuhan selalu menjadikan Daud sebagai teladan. Di zaman PL, keberadaan Tuhan dimanifestasikan melalui tabut perjanjian. Di sana ada hadirat Tuhan dan itu adalah bagian yang paling disukai Daud. Pada waktu tabut diangkut ke Jerusalem agar dekat dengan kota Daud (dan Daud dapat setiap saat bergaul erat dengan Tuhan), Daud menari-nari secara luar biasa sambil mempersembahkan korban. “Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan.” (2 Samuel 6:14). Daud menari dengan sekuat tenaga ! Cinta Tuhan, dalam pengertian Daud, bukan hanya diwujudkan dalam pemberian tetapi ekspresi yang melibatkan jiwa. Daud tidak malu menari buat Tuhan secara ekspresif, karena cinta selalu meluap dari dalam hatinya dan ia dengan tanpa malu-malu menyatakannya di hadapan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Kadang terjadi hubungan dengan Tuhan cuma sebatas kepentingan. Saat butuh baru mencari Tuhan. Atau sering terjadi, kita justru malas berekspresi dan hanya beribadah kepada-Nya secara rutinitas. Cinta kepada Tuhan selalu dimulai dari sebuah gairah (passion) di dalam diri kita. Daud memilikinya dan kita pun harus memilikinya.

§  Daud Cepat Berbalik Pada Tuhan atas Dosa-dosanya
Daud manusia biasa. Natur dosa ada di dalam dirinya. Berkali-kali dia melakukan kesalahan di hadapan Tuhan tetapi dia segera menyadari kesalahan itu, dan cepat-cepat berbalik kepada Tuhan untuk meminta pengampunan. Daud tidak pernah dilaporkan melakukan kesalahan yang sama dua kali. Memang Tuhan mengampuninya tetapi dosa adalah dosa dan setiap perbuatan itu melahirkan konsekuensi. Daud dengan rela menanggungnya. Dalam dosa perzinahannya dengan Bethsheba, Daud sangat takut kehilangan Tuhan. Daud menulis:  Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! (Mazmur 51:13). Disitu dipakai kata ‘membuang’ yang artinya seperti melempar barang yang sudah tidak berguna lagi. Daud menyesali dosanya dan tidak mengulangi lagi. Dia takut sekali menjadi barang yang terbuang di hadapan Tuhan karena tidak diperlukan lagi. Tentunya Daud belajar dari kepemimpinan Saul, pendahulunya. Berbeda dengan kebanyakan orang Kristen dewasa ini yang bolak balik jatuh dan bertobat untuk kesalahan serupa. Bahkan kadang begitu terikatnya dengan dosa sehingga akhirnya menjadi sebuah kebiasaan (perilaku yang dipertahankan). Salah satu aspek dosa adalah mencintainya. Dosa yang dicintai akan kita hidupi dan ketika hal ini terjadi kita tidak akan pernah mengalahkannya. Malahan terjerumus makin dalam. Mengapa Daud begitu cepat berbalik dari kesalahannya? Dia sadar bahwa dosa itu menjerat dan menenggelamkan. Dosa bahkan menjadi penghalang keintiman dengan Tuhan. Makanya orang Kristen bolak-balik berdoa tetapi doanya menguap di udara. Firman Tuhan berkata dengan tegas: Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu. (Yesaya 59:1-2). Kita harus meneladani Daud dalam hal pertobatan. Sebab tanpa pertobatan, roh kita akan mati. Kita akan menjadi orang-orang yang terbuang dari hadapan-Nya. Padahal, melalui salib, ada satu garansi bagi pengampunan dan penebusan dosa yang selalu tersedia. Masalahnya, kita lebih senang membelakang salib daripada menghadap untuk mendekatinya.

§  Daud Selalu Mengandalkan Tuhan
Tuhan mendidik Daud sangat keras soal ini. Daud tidak pernah dibiarkan untuk mengandalkan satupun apa yang ada padanya kecuali Tuhan sendiri. Pernah satu kali Daud melakukan kesalahan kecil tetapi menjadi besar karena Tuhan tidak suka. Daud dengan gegabah menghitung rakyatnya. Tanpa sadar usaha itu menyakiti hati Tuhan dan membuat Daud jatuh di dalam kesombongan, menepuk dada sendiri sebagai wujud bahwa semua ini karena perjuangannya.  Tetapi berdebar-debarlah hati Daud, setelah ia menghitung rakyat, lalu berkatalah Daud kepada TUHAN: "Aku telah sangat berdosa karena melakukan hal ini; maka sekarang, TUHAN, jauhkanlah kiranya kesalahan hamba-Mu, sebab perbuatanku itu sangat bodoh." (2 Samuel 24:10). Penyesalan memang selalu datang belakangan. Daud tetap mengalami hukuman atas perbuatannya itu. Tuhan menjatuhkan tiga pilihan hukuman. “Tiga tahun kelaparan atau tiga bulan lamanya melarikan diri dari hadapan lawanmu, sedang pedang musuhmu menyusul engkau, atau tiga hari pedang TUHAN, yakni penyakit sampar, ada di negeri ini…” (2 Tawarikh 21:12). Daud memilih jatuh ke dalam tangan Tuhan. Kepada Nabi Gad ia berkata, "Sangat susah hatiku, biarlah kiranya aku jatuh ke dalam tangan TUHAN, sebab sangat besar kasih sayang-Nya; tetapi janganlah aku jatuh ke dalam tangan manusia." (1 Tawarikh 21:13). Dalam hal ini, Daud lebih senang jatuh ke dalam tangan Tuhan daripada tangan manusia. Itu pilihan yang sangat tepat karena Daud merasa bahwa Tuhan tetap sayang padanya. Pengalaman tersebut mengingatkan, tidak boleh mengandalkan apapun dan atau bermegah atas apapun, kecuali pada Tuhan sendiri yang telah membuat semuanya itu berhasil. Dalam peristiwa yang lain, saat kota tempat tinggal rombongan Daud dibakar musuh dan anak-isteri serta harta kekayaan mereka diangkut musuh, Daud hampir dilempari orang-orang dengan batu. Mereka menyalahkan Daud. Tetapi Daud sama sekali tidak membela diri atau berbalik menyalahkan orang lain. Dia mencari kehendak Tuhan. Dan Daud sangat terjepit, karena rakyat mengatakan hendak melempari dia dengan batu. Seluruh rakyat itu telah pedih hati, masing-masing karena anaknya laki-laki dan perempuan. Tetapi Daud menguatkan kepercayaannya kepada TUHAN, Allahnya (1 Samuel 30:6). Di sini Daud memberi teladan kepada kita mengenai betapa pentingnya melangkah di dalam setiap keputusan dan situasi dengan – pertama-tama – melibatkan Tuhan. Tetapi kadang terjadi, kita justru mencari Tuhan dikesempatan terakhir setelah kita “habis-habisan”. Orang yang mengandalkan Tuhan selalu punya ciri: percaya bahwa Tuhan akan menolong dan memberi petunjuk, tepat pada waktunya. Kualitas yang sama harus ada di dalam diri kita. Harta, kekuasaan dan pengaruh dapat diandalkan tetapi itu semua terbatas dan tidak membawa kebaikan. Sebaliknya, Tuhan yang kita andalkan, adalah Tuhan yang mampu mengubah situasi dan memiliki kuasa di atas segala kuasa apapun, yang bahkan mengubah yang tidak mungkin menjaid mungkin. "Sesungguhnya, Akulah TUHAN, Allah segala makhluk; adakah sesuatu apapun yang mustahil untuk-Ku? (Yeremia 32:27).

§  Daud Seorang Penakluk
Daud bukanlah orang yang mudah menyerah. Dia tidak mau ditaklukan oleh musuh bahkan oleh emosi yang ada di dalam dirinya sendiri. Pernah dua kali Daud berkesempatan membunuh Saul, tetapi dengan penuh kasih dan kesadaran dia berkata kepada orang-orangnya, “"Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN." (1 Samuel 24:7). Daud tidak mau menjatuhkan orang lain. Dia menjadi contoh penakluk bagi dirinya sendiri. Seharusnya Daud membalas perlakuan Saul tetapi rasa hormat dan takut akan Tuhan yang ada di dalam dirinya, berhasil mengontrol emosi jiwanya. Bukankah musuh terbesar itu adalah diri sendiri dan segala kepentingannya? Daud juga dikenal sebagai penakluk bangsa-bangsa. Orang Israel menyebutnya pahlawan yang gagah perkasa. Kerajaannya melebar dan berkembang dengan cepat. Musuh-musuhnya segan dan takut mendengar namanya. Sebelum memindahkan pusat pemerintahan dari Hebron ke Jerusalem, Daud menaklukan kota orang Jebus itu dan membangun kota Daud (The City of David) di lereng gunung di Jerusalem. Di sana Daud mengatur strategis memerangi musuh-musuh Israel seperti orang-orang Filistin (2 Samuel 8:1), bangsa Moab (2 Samuel 8:2), orang-orang Ammon (2 Samuel 10:16) dan Syria (2 Samuel 10:19). Daud dikenal sebagai tipe prajurit pejuang yang menjadi seorang pemenang baik terhadap dirinya sendiri maupun menghadapi musuh-musuhnya. Situasi sulit dan pelilk juga sering dihadapi Daud. Raja ini pernah meninggalkan tahtanya karena anaknya yang kurang ajar, Absalom, merebutnya. Daud mundur demi sebuah strategi. Prajurit yang baik tidak semata-mata mengandalkan pedang tetapi isi kepala. Demikianlah ciri khas seorang penakluk. Tidak gampang menyerah dan putus asa adalah value utama dari seorang prajurit-pejuang seperti Daud. Jangan hanya karena masalah sepele atau kesulitan kecil yang di hadapi, kita langsung menyerah dan menyesali keadaan atau bahkan menyalahkan orang lain. Daud tidak seperti itu dan hendaknya kita juga tidak demikian. Hidup ini harus dihadapi dengan semangat untuk berjuang dan menang. Firman Tuhan mengingatkan kita bahwa kita bukanlah pemenang melainkan lebih dari itu ! “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Roma 8:37).

§  Daud Menempatkan Dirinya dalam Destiny
Akan tetapi posisi Daud yang paling penting adalah sebagai leluhur Kristus. Dia satu-satunya tokoh kerajaan terpenting, yang disebutkan di dalam silsilah Yesus Kristus. Bahkan Yesus sendiri dikatakan sebagai “anak Daud”. Bukankah ini posisi terhormat seorang manusia di hadapan Allah? Bukan sebuah kebetulan, Kristus lahir di tempat di mana Daud dilahirkan, yakni Bethlehem. Tuhan memang telah memilih Daud tetapi yang jauh lebih penting adalah Daud memilih Tuhan sebagai Allahnya ! Dari sini dapat disimpulkan bahwa Daud adalah seorang tokoh Alkitab yang tidak lahir begitu saja. Allah punya rencana yang sangat penting di dalam dirinya dan Daud mau memberi respon yang baik dan menempatkan diri di d alam destiny yang telah Tuhan tetapkan atas hidupnya. Dia mau di proses dan mau dibentuk Tuhan melalui beragam pengalaman hidup. Dari perjalanan hidupnya yang diawali sebagai bungsu dalam keluarga dan menjadi gembala komunitas domba yang kecil, Daud telah dipersiapkan dan dilatih Tuhan. Tidak pernah disebutkan di dalam Alkitab Daud memandang remeh pekerjaan-nya sebagai gembala yang kecil. Dia menjalaninya dengan setia. Kadang orang Kristen itu maunya langsung menjadi besar. Tetapi perjalanan hidup Daud menggambarkan hal berbeda. Sewaktu Tuhan melihatnya setia dan tangguh di dalam perkara kecil, maka pelan-pelan Tuhan mempercayakan hal-hal besar di dalam dirinya. Dari seorang anak gembala kecil, Tuhan mempromosikan Daud menjadi pemusik kemudian pemazmur lalu menjadi seorang tentara dan akhirnya, Raja ! Tuhan selalu mempromosikan hidup orang-orang yang setia pada perkara kecil. Kadang kita mengabaikan hal-hal kecil yang sedang kita kerjakan. Kita lupa bahwa masa depan itu ada di dalam Tuhan dan Dia tahu persis seperti apa kita jadinya kelak. Lebih banyak terjadi, Tuhan menguji dan mempersiapkan kita untuk setiap rancangannya. Promosi itu dari Tuhan dan sebelum tiba masanya memasuki promosi tersebut, Tuhan mau menguji dan membentuk serta mempersiapkan kita terlebih dahulu. Jangan sampai terjadi kita justru mempermalukan nama-Nya dan jatuh hanya karena fondasi karakter kita lemah. Oleh sebab itu, kesetiaan terhadap panggilan, adalah salah satu dasar promosi Tuhan. Setiap orang dituntut melakukan bagian terbaik di setiap level pekerjaan dan tanggung jawab dimana dia berada. Tidak boleh menganggap remeh hal-hal kecil. Awalnya Daud hanyalah gembala kecil dari dua tiga ekor kawanan domba. Tetapi Daud mengakhirinya sebagai raja yang besar. Rakyat yang Tuhan percayakan kepadanya adalah “domba” yang sangat besar. Dikatakan di dalam Matius 25:23:  “Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”

§  Daud Lemah Dalam Keluarga
Hal yang paling menonjol di dalam kelemahannya adalah Daud tidak dengan tegas berurusan dengan dosa  anak-anaknya. Kita tahu bahwa Daud memiliki 9 isteri dari berbagai-bagai suku dan bangsa, dan belum termasuk gundik. Dia memiliki kurang lebih 20 orang anak-anak dari hasil perkawinannya dengan perempuan-perempuan tersebut. Dan di dalam Alkitab kita baca, anak-anak Daud saling bersaing dengan cara tidak sehat dan kasar. Saling membunuh dan balas dendam. Ada yang incest dengan saudaranya perempuan lain ibu. Ada anak yang memberontak, merebut tahta dan berzinah dengan gundik ayahnya di depan seluruh Israel. Daud adalah contoh gagal mengenai pembentukan keluarga yang bahagia. Keputusannya untuk poligami akhirnya membawa masalah di dalam keluarga besarnya. Termasuk kepada siapa tahta diserahkan. Intrik dan persaingan antar saudara terjadi terang-terangan dan Daud yang begitu sayang terhadap anak-anaknya, tidak mampu mendisiplinkan mereka dengan tegas! Ini adalah resioko poligami. Ini juga resiko ketidaktegasan di dalam keluarga. Bahkan inilah resiko dari kurangnya perhatian kepala keluarga terhadap seluruh isi rumah, karena alasan kesibukan dan pelayanan. Banyak keluara Kristen jadi berantakan karena orang tua terlalu sibuk dengan urusannya sendiri dan beranggapan bahwa dengan menyediakan semua yang diperlukan secara material, maka semua permasalahan akan berese dengan sendirinya. Tidak ! Cinta dan komunikasi di dalam keluarga, tidak dapat digantikan dengan fasilitas. Keluarga adalah sebuah “lembaga kehidupan” dimana setiap orang yang menjadi anggotanya perlu saling berinteraksi, mengenal pribadi dan membangun keintiman satu sama lainnya. Daud gagal melakukan ini. Dia tidak dapat menyatukan kepentingan di dalam keluarganya sehingga anak-anaknya saling bersaing dan berkomplot untuk kepentingan mereka masing-masing. Daud memang memberikan semua materi kepada mereka tetapi kesalahan Daud yang menjadi cerminan bagi kita dewasa ini adalah kegagalannya menjadi ‘bapa bagi anak-anak-nya’. Mereka memperlakukan Daud sebagai raja dan bukan sebagai bapa. Daud memposisikan diri sebagai Raja dan bukan sebagai bapa. Hampir tidak ada penjelasan Alkitab mengenai interaksi Daud dengan anak-anaknya dalam hubungan fathering. Daud sibuk dengan tugas-tugas kerajaan. Dia juga sibuk membagi waktu dengan isteri-isterinya. Anak-anaknya mungkin hanya mendapat waktu sisa dari yang dimiliki Daud dan kita semua mengetahui, waktu sisa dalam sebuah hubungan bukanlah waktu berkualitas tetapi lebih banyak ke basa-basi. Hal ini sangat kontras dengan Mazmur yang ditulis Daud yang mengatakan: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik (Mazmur 84:11).” Daud memang punya banyak waktu untuk Tuhan, tetapi kehilangan waktu untuk membangun keluarganya.

§  Refleksi bagi Kita
Pelajaran penting dari kehidupan Daud hendaknya menjadi nasehat buat orang Kristen dewasa ini. Pertama, Daud berkali-kali berdosa dan punya kemauan dengan jujur mengakui serta membereskan semua pelanggaran itu di hadapan Allah. Daud punya hati yang gampang berbalik. Dengan cepat dia bertobat dan tidak membiarkan dirinya larut atau “tenggelam” makin jauh di dalam dosa. Dia tidak mau hidup menjadi orang yang munafik. Kedua, konsekuensi yang diterima Daud tidak ada hubungannya dengan pengampunan yang diterimanya dari Tuhan. Daud memang diampuni Tuhan, tetapi pengampunan akan dosa-dosa tersebut tidak serta-merta membebaskan pelakunya dari konsekuensi. Dosa tetaplah dosa dan mendapat hukumannya. Daud rela menanggung hukuman dan tidak melarikan diri atau menyalahkan orang lain atau bahkan menyalahkan Tuhan. Ketiga, dari kehidupan Daud tergambarkan hubungan yang intim dan indah dengan Tuhan. Melalui pujian dan penyembahan, hati Tuhan disenangkan dan semua doanya terjawab. Kecintaan terhadap Tuhan telah membuat hati Tuhan gampang berbalik kepada Daud dan mengasihinya kembali. Pujian dan penyembahan membuat Tuhan bergairah. Daud “gila-gilaan” dengan Tuhan dan diapun menerima berkat yang “gila-gilaan” dari Tuhan hingga masa tuanya. Keempat, Daud terlalu mengasihi anak-anaknya sehingga dia gagal membentuk karakter mereka dengan kualitas dan mentalitas kerajaan. Daud contoh yang bagus untuk hubungan dengan Tuhan dan pemberesan dosa, tetapi contoh yang gagal di dalam membentuk kebahagiaan di dalam keluarga. Diperlukan ketegasan dan contoh hidup serta investasi waktu berkualitas dalam membina keluarga bahagia. Materi yang melimpah tidak dapat menggantikan kasih sayang dan komunikasi. Kuncinya ada di dalam diri orang tua. Anak cuma meneladani yang dilakukan orang tuanya!

Karakter-karakter positif yang dapat kita teladani dalam diri Daud:
Mengakui dosa dan pelanggaran-nya
Radikal terhadap Tuhan dalam mencari kehendakNya
Terbuka terhadap kritik
Penakluk dan tidak pernah menyerah pada keadaan sulit manapun. Termasuk menaklukan 
dirinya sendiri.
Tidak pernah jatuh di dalam kesalahan yang sama
Intim dengan Tuhan melalui pujian dan penyembahan
Tegas dalam mengambil keputusan terhadap musuh-musuh
Mampu membangun team-work yang kuat dan tangguh

Ps. Sonny Zaluchu - gloryofgodmin@gmail.com / 286B31AD

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SECUPAK GANDUM SEDINAR

KESAKSIAN: MOBIL BARU DARI TUHAN

TUHAN ADALAH GEMBALAKU - Mazmur 23:1-6