MENGENAL ALLAH
Ayat ini adalah salah satu ayat favorit saya. Jer 29:12 bunyinya di dalam berbagai terjemahan adalah sebagai berikut. "When you call on me, when you come and pray to me, I'll listen (MSG); And you will go on crying to me and making prayer to me, and I will give ear to you (BBE); Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu (TB) . Mengapa?
Kepada siapa kita berseru dan memohon, akan menentukan jawaban yang kita dapatkan.
Tentu saja firman Tuhan memberi tahu dengan jelas bahwa sasaran seruan kita cuma satu yakni Allah sendiri. Anjuran Yeremia di dalam ayat tersebut mendeskripsikan suatu bentuk seruan yang setara ketika kita memanggil seseorang.
Ada dua fakta penting menyangkut tindakan memanggil. Fakta pertama adalah, kita harus memiliki hubungan dengan orang yang kita panggil, tentu saja supaya panggilan kita dikenali. Coba anda berteriak sembarangan kepada orang di jalanan. Memang mereka menoleh. Tetapi respon itu bukan bertujuan memberi tanggapan positif melainkan menganggap kita tidak waras atau bahkan mencurigakan sehingga mereka menjauh dengan sendirinya. Berbeda jika yang dipanggil itu adalah seseorang yang kita kenal, saat memanggilnya, responnya mungkin mendekat, melambai atau menyahut balik. Maka dipahami bahwa, panggilan kita haruslah dikenali oleh Allah sendiri. Hal yang membuat itu terjadi adalah syarat pengenalan, yakni Allah mengenali kita dan kita mengenali Allah. Pengenalan akan Allah adalah sesuatu yang sangat penting. Itu sebabnya di dalam salah satu ‘wasiat’ verbal Daud kepada anaknya Salomo menekankan pentingnya pengenalan. Melalui sejumlah pengalaman hidup luar biasa, Allah mampu membawa Daud dalam sebuah new level of understanding mengenai siapakah Allah itu sesungguhnya. Dalam susah dan senang, dalam damai dan perang, dalam pergumulan dan kejatuhan, dalam kesendirian dan keramaian, Daud mampu membangun sebuah hubungan yang sangat pribadi dengan Allahnya. Dan melalui semua yang terjadi di dalam hidupnya, Daud memandang penting arti dari sebuah pengenalan.
Di dalam Filipi 3:10 dikatakan, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya,” Pengenalan yang dimaksudkan di dalam ayat tersebut memberikan deskripsi yang sama dengan pendapat Daud, sebuah pengenalan yang disertai hubungan dan pengalaman dan berlangsung terus menerus! Betapa indahnya. Jadi, sesungguhnya pengenalan akan Allah adalah sesuatu yang tidak pernah selesai selama manusia hidup dan pengenalan itu melalui hubungan kepada-Nya dan melalui pengalaman-pengalaman di dalam hidup ini. Dengan demikian kita dapat mengenal Allah melalui berkatNya, jamahanNya, kuasaNya dan yang jauh lebih penting untuk disadari adalah, kita juga dapat mengenal Allah melalui pengalaman-pengalaman pahit, tantangan, persoalan, pergumulan yang kita hadapi. Semua kembali dari respon apa yang hendak kita berikan atas semuanya itu. Apa yang dikatakan Daud kepada Salomo, juga berlaku bagi kita, “Dan engkau, anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya. (1 Taw 28:9)” Usaha untuk mengenal Allah tersebut haruslah dimulai oleh kita sendiri dan bukan oleh Allah. Di dalam setiap usaha pengenalan itu, kita menjadi tahu seberapa dekat diriNya. Dalam segala apapun yang kita hadapi, itulah cara Allah berbicara, agar kita mengenalNya. Perspektif seperti ini harus mulai kita terapkan sebagai nilai di dalam diri kita. Kita memanggil Allah karena mengenaliNya dan Ia mengenali kita.
Fakta kedua adalah, panggilan kepada Allah sebetulnya bersifat ‘command’ yang bertujuan agar Allah mendengar sehingga bertindak. Hal ini serupa dengan panggilan SOS atau mayday dari orang-orang yang membutuhkan pertolongan mendesak dan di dalam dirinya ada sebuah pengharapan yang tidak kenal putus, terus berteriak, memancarkan gelombang-gelombang SOS, mengulang-ngulang kata ‘mayday’ sampai seseorang ‘diluar sana’ mendengar dan mengambil tindakan. Kita memanggil Allah supaya Ia keluar dan melakukan sesuatu. Dengan demikian tujuan dari panggilan itu berujung pada sebuah respon Allah. Saya senang menggunakan kata PUSH untuk doa. Bagi saya pribadi, doa merupakan bagian dari panggilan kita kepada Allah yang berada di atas sana. PUSH = pray until something happen, adalah sebuah panggilan yang terus berulang hingga Allah bertindak. Bagaimana dengan kita? Memang Dia tahu kebutuhan kita. Memang Allah mengerti situasi dan kondisi kita. Tetapi kita perlu berteriak kepadaNya sebab Ia memerlukan teriakan itu untuk pertolonganNya. Melalui teriakan itu, Dia jadi tahu bahwa Dia dibutuhkan. Dia jadi tahu bahwa ada harapan di dalam diri kita yang tak pernah padam hingga Dia datang dan melakukan sesuatu. Dia mau membangun iman yang kokoh di dalam diri kita, membentuk kita sehingga menjadi pribadi yang kuat dan berbeda.
Panggilan kepada Allah adalah panggilan yang membuatNya keluar dan membuka pintu. Dia adalah Allah yang berdiam di dalam kekelaman dan kedalaman. Kita perlu memanggilNya dari kedalaman supaya Ia keluar. Seperti ruang maha Kudus, Ia berada di sana. Untuk membuatnya keluar dari ‘kedalaman’ kita perlu memanggilnya dari kedalaman yang sama. Bukan berada di luar, atau di halaman tetapi ‘di dalam’. Dan itu bicara tentang deep calls unto the deep (Mazmur 42:7). Sebuah panggilan tentang roh seseorang yang sedang mencari Tuhan. Mau tahu kuncinya panggilan yang bersifat deep calls unto the deep? Rasa lapar dan haus akan Allah. “Rasa lapar dan hausmu akan Allah, akan membuatmu mendapatkan dan menemukanNya” Bagaimana dengan anda akhir-akhir ini? Apakah anda sudah memanggil Allah yang di kedalaman itu melalui kedalaman rohmu?
Saya ingat sebuah lagu kuno yang sangat powerfull menyangkut pencaharian seorang manusia akan Allahnya. Lagu ini ditulis dan dipopulerkan oleh Robert dan Louis. “Kemanakah aku dapat pergi, menjauhi RohMu Tuhan, ku berlari, mendaki ke langit, namun Engkau ada di sana. Aku terbang dengan sayap fajar, diam di ujung bumi. Namun tanganMu, menuntunku slalu, bawaku mendekat padaMu, Engkau Tuhan Allah maha tahu, betapa dahsyatnya kuasaMu, hadiratMu kini penuhiku, bawaku mendekat padaMu”
Seringkali di dalam menjalani hidup ini, ketika pelayanan mulai menyita waktu-waktu terbaik untuk berhubungan dengan Tuhan, saya mengalami kekeringan rohani. Mungkin andapu mengalaminya akhir-akhir ini di dalam penyebab yang berbeda. Tetapi jawabannya cuma satu atas situasi demikian. Seperti pemazmur menyatakan kerinduannya kepada Allah di dalam Mazmur 42, demikian saya merefreh hubungan dengan Allah agar segar kembali di dalam roh dan pengurapan yang baru. Saya jadi ingat Internet Explorer yang membawa kita terhubungan dengan internet. Ketika halaman web yang kita buka susah diakses, kita dapat mengulang panggilan itu tanpa harus mengetik ulang alamat web yang dituju dengan menekan tombol “refresh”. Mungkin pengandaian yang sama berlaku bagi kita di dalam hubungan dengan Allah. Sebuah panggilan untuk membaharui hidup kita. Panggilan yang penuh kerinduan dan harapan.
Kalau anda tahu lagu ini, coba nyanyikan dan refresh kembali hubunganmu dengan Allah. Ingat semua pertolongan dan penyertaanNya dan bawa dirimu kembali kepadaNya.
“Kemanakah aku dapat pergi, menjauhi RohMu Tuhan, ku berlari, mendaki ke langit, namun Engkau ada di sana. Aku terbang dengan sayap fajar, diam di ujung bumi. Namun tanganMu, menuntunku slalu, bawaku mendekat padaMu, Engkau Tuhan Allah maha tahu, betapa dahsyatnya kuasaMu, hadiratMu kini penuhiku, bawaku mendekat padaMu”
Taman Adenia Semarang
Untuk Persekutuan Doa CNI