ORANG KRISTEN MILYUNER YANG MISIONER

Artikel ini telah dimuat di Tabloid Rohani Populer KELUARGA Edisi 38 Tahun II Oktober 2008

Suatu ketika saat berada di sebuah bookstore, Refo, anak saya nomor dua, meminta untuk dibelikan buku tentang bagaimana menjadi orang kaya. Tentu saja saya kaget dengan permintaan yang tidak lazim tersebut. Sebagai bapa yang baik, saya berjongkok dan meminta penjelasannya. Dengan lugu dia memberikan jawaban yang sungguh diluar dugaan. “Saya mau kelak jadi orang kaya agar saya bisa membiayai pendeta-pendeta seperti papa untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia,” ujarnya dengan mantap.

Wah, ini jawaban yang luar biasa untuk seorang anak seumur 9 tahun (yang sekolah di SD Kristen Tri Tunggal Semarang) yang sekaligus membuka sebuah cakrawala saya sebagai hamba Tuhan, bahwa memang demikianlah hendaknya, perlu sebuah sinergi, antara visi pemberitaan Injil dengan kekuatan penopangnya yang paling penting, kekayaan! Saya jadi ingat dominion mandate di dalam Kejadian 1:28 bahwa kita diperintahkan untuk "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Ini adalah ayat kunci untuk membuat kita memiliki visi seorang milyuner, yang menguasai bumi ini, mengolahnya dan kemudian memanfaatkannya.

PERLU KESEIMBANGAN
Tidak ada yang salah menjadi seorang milyuner, yang dalam arti sesungguhnya, mampu menguasai apapun melalui kekuatan uang. Tidak ada yang salah dengan keinginan untuk menjadi seorang kaya. Siapapun mendapatkan mandat untuk itu asalkan mampu menjalankannya dengan baik. Persoalannya adalah terletak pada ‘titik kesetimbangan’ yang selama ini ternyata telah disalah-praktekan sehingga menjadi berat sebelah. Mandat untuk menguasai bumi , seharusnya digunakan untuk satu-satunya tujuan, yakni memuliakan Allah dan menggunakan kekayaan serta segala hasil dari dunia usaha untuk membangun kerajaanNya. Sama halnya ketika para hamba Tuhan mengkhotbahkan mengenai kekayaan, bahwa tidak ada yang salah dengan uang. Hati yang melekat pada uang itulah yang tidak dibenarkan.

Kenyataannya sungguh kontras. Orang rela melakukan apapun demi mendapatkan uang dalam jumlah yang banyak sekalipun itu dengan cara-cara yang tidak sah. Hati manusia lebih melekat pada uang. Mereka jadi bersusah payah dan berjuang keras memperkaya diri sendiri, sesuatu yang sebetulnya ditambahkan saat mereka memprioritaskan Tuhan. Ada tertulis,” Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu”. (Mat 6:33). Dalam ketidakseimbangan ini (dan juga dalam kesalahpahaman), manusia menjadi serakah dan melupakan Tuhan ! Hatinya melekat pada uang daripada Allah yang memiliki semua uang itu. Fakta demikian, tentu tidak disukai Allah tetapi menjadi kesukaan manusia, termasuk orang percaya dan gereja. Coba kita lihat, bagaimana gereja-gereja saat ini dengan (maaf) egois, memanipulasi kehidupan rohani untuk mendapatkan uang dalam jumlah banyak melalui perpuluhan dan sumbangan-sumbangan. Gereja terfokus mengajarkan mengenai bagaimana mengejar kekayaan, berkat materi dan lupa memberi penekanan pada bagaimana menjadi orang Kristen yang bertumbuh, berbuah di dalam komunitas. Gereja yang memiliki panggilan untuk memberitakan Injil (marturia), membangun persekutuan (koinonia) dan melayani (diakonia), menjadi semakin sedikit. Bahkan belakangan ini muncul kecenderungan, dimana orang-orang masuk ke dalam gereja, bukan untuk belajar bertumbuh, meneguhkan panggilannya sebagai orang percaya, atau berjumpa dengan Yesus; melainkan agar diberkati dengan urapan berkat materi. Pada akhirnya, panggilan pemberitaan Injil sebagai inti keberadaan gereja di dunia ini, menjadi samar.

TIDAK SALAH
Dalam bukunya Anointed for Business, Ed Silvoso mengatakan tidak ada yang salah dengan keinginan manusia untuk berusaha dan mendapatkan uang. Semua orang Kristen memang memiliki visi kerajaan Allah saat berada di market place. Orang Kristen mula-mula menggunakan dunia usaha sebagai bagian dari pelayanan mereka. Saat menjalankan bisnis, mereka menggunakan sumber daya bisnis itu untuk tetap fokus pada misi utamanya; pemberitaan Injil. Mereka menjadi milyuner yang misioner. Inilah yang seharusnya menjadi tujuan kita. Inilah yang seharusnya ditangkap dan dikembangkan di dalam berbagai pengajaran di dalam gereja. Semua orang boleh menjadi milyuner dan diberkati untuk tujuan tersebut. Tetapi tujuan akhir dari keinginan itu bukanlah hati yang melekat pada uang melainkan fokus untuk memberitakan Injil (misioner) seperti yang pernah terjadi pada lingkup pelayanan orang Kristen mula-mula. Jangan sampai terjadi lagi, gereja hanya peduli pada isi dompet jemaat daripada keselamatan jemaatnya. Jika demikiain, kita akan semakin banyak menyaksikan deretan orang yang kecewa pada gereja karena merasa sudah membayar perpuluhan tetapi tetap berhutang dan bergumul secara ekonomis.

AKAN DITAMBAHKAN
Maka yang harus kita lakukan adalah berani merombak semua worldview kita mengenai kemakmuran atau kekayaan. Hal itu ternyata bukanlah hal yang patut dicari. Pegangan kita adalah ayat di dalam Matius 6:33. Kita perlu mendahulukan kerajaan Allah dan menjadikannya prioritas kehidupan. Semuanya, Alkitab menyatakan semuanya, akan ditambahkan kepada kita. Alangkah bedanya antara mencari kekayaan dengan sesuatu yang ditambahkan. Jangan sampai keinginan untuk menjadi milyuner itu pada akhirnya menipu kita dan membuat kita lari dari panggilan utama, orang Kristen yang misioner. Kekayaan dapat membuat kita sangat-sangat diberkati secara material. Tetapi kekayaan juga mampu memanipulasi hidup dan dan nilai-nilai di dalam diri kita sehingga tanpa disadari, hubungan dengan Tuhan semakin berjarak lebar. Uang dapat membuat kita menjadi pribadi atau lembaga yang egois dan melupakan, di luar sana, masih banyak sekali jiwa-jiwa yang belum mendengar berita Injil hanya karena orang-orang yang seharusnya memberitakannya, lupa akan tujuan itu. Jangan sampai kita mengulang pengalaman seorang kaya dalam Injil yang meminta kepada Abraham (Lukas 16:23-28). Kata orang itu “Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini”. Jangan mencari apa yang sebetulnya akan ditambahkan. Mari kita memutuskan menjadi orang Kristen milyuner yang misioner ! ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SECUPAK GANDUM SEDINAR

KESAKSIAN: MOBIL BARU DARI TUHAN

TUHAN ADALAH GEMBALAKU - Mazmur 23:1-6