GO UP TO THE NEXT LEVEL
Dari ujung bumi aku berseru kepada-Mu, karena hatiku lemah lesu;
tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. (Mazmur 61:3)
Tuhan selalu rindu membawa anak-anakNya naik ke next level. Orang Kristen yang naik ke next level berarti mendapat promosi dari Tuhan untuk semakin luas pandangannya, semakin tinggi posisinya dan semakin mengerti apa sesungguhnya yang menjadi kehendak Tuhan dalam dirinya. Sama seperti seseorang yang berada di ketinggian melebihi orang lain yang sama-sama mendaki gunung, orang yang ada dipuncak lebih luas cara pandangnya dan sanggup melihat ke horizon. Demikian halnya dengan kehidupan rohani, siapapun yang berada di ketinggian, akan mampu melihat ada apa dibalik kenyataan yang ada; apakah perjalanan masih jauh, apakah tantangan masih belum berakhir; atau apakah sebentar lagi kita tiba di tujuan. Itu sebabnya, Tuhan tidak pernah mau kita stagnan (mandeg). Orang yang mengalami stagnasi rohani tidak akan mampu mengikuti kegerakan Allah untuk selalu naik ke level berikutnya. Bahkan dia sendiri tidak sanggup membawa dirinya naik ke next level, apalagi membawa orang lain. Mengapa? Rohaninya berhenti bertumbuh. Horizonnya sempit dan cara pandangnya menjadi terbatas. Maka ketika rohani seseorang berhenti bertumbuh, itu menjadi bahaya yang mengancam rencana Tuhan untuk membawanya naik lebih tinggi lagi.
Pertanyaan kita adalah, apakah yang membuat kita naik ke next level itu?
Pertama, ketaatan. Pada waktu Sodom dimusnahkan, Tuhan memerintahkan Lot untuk pergi melarikan diri hingga ke ‘pegunungan’ (Kej 19:17 - Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." ). Inilah cara kerja Tuhan. Dia seringkali memerintahkan kita untuk meninggalkan ‘dunia lama’, mengeluarkan kita dari sana dan memerintahkan kita pergi ke pegunungan, sebuah tempat yang lebih tinggi. Masalah kita adalah ketidaktaatan. Lot juga demikian. Dia menawar pergi ke Zoar. Sehingga ketidaktaatannya, melahirkan suku Moab dan Amon yang lahir dari peristiwa incest dengan kedua anak perempuannya. Ketidaktaatan hanya akan melahirkan banyak perkara dalam hidup kita. Kelak kedua suku ini menjadi musuh bebuyutan suku Israel. Naik ke gunung itu memang susah dan berat. Berat badan kita bahkan menjadi beban bagi kedua kaki kita. Tetapi tidak ada perjalanan yang mudah untuk tiba di puncak. Sekalipun berat, Tuhan sedang membawa kita naik. Kita harus taat, seberat apapun perjalanan itu.
Kedua, persoalan. Seringkali kita berkata bahwa persoalan yang kita hadapi terlalu berat sehingga tidak kuat lagi menanggungnya. Padahal, Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang harus kita tanggung melebihi kemampuan dan kapasitas kita. Daging kita berontak untuk setiap apa yang menjadi proses dalam hidup ini. Kita harus sadar bahwa ‘proses’ adalah tahapan yang harus kita lalui jika ingin naik level. Proses akan membuat kita belajar mengandalkan Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepadaNya. Maka ketika berada dalam proses, jangan justru kita berbalik lari dari Tuhan tetapi semakin mendekat kepadaNya. 1 Kor 10:13 mengatakan, pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Tidak ada manusia di dunia ini yang ‘bebas’ dari persoalan. Itu sebabnya, kita perlu mengerti bahwa kalau kita di dalam Tuhan, seberat apapun persoalan yang kita hadapi, sebetulnya Tuhan sedang mempersiapkan kapasitas rohani kita menjadi lebih dekat kepadaNya. Di dalam persoalan, ada ‘daya tahan’ ilahi yang kita terima daripadaNya. Semuanya ini hanya akan kita dapatkan jika tetap mengandalkan Dia. Persoalan seringkali Tuhan hadirkan dalam hidup kita sebagai process item, sebuah proses untuk memurnikan. Hanya orang yang lolos dari process itemlah yang bisa up to the next level. Oleh sebab itu, kita tidak perlu alergi terhadap persoalan. Itu adalah pintu masuk di mana Allah akan bekerja lebih banyak lagi dalam hidup ini.
Ketiga, mengalahkan stagnasi. Tanaman yang berakar akan tumbuh membesar dengan sehat dan menghasilkan buah. Demikian juga dengan kita, dapat mengalami pertumbuhan rohani, makin naik ke atas bahkan berbuah jika kita benar-benar kuat berakar di dalam Dia. Kolose 2:7 mengatakan “hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Banyak orang gagal bertumbuh dan berhenti berbuah. Kenapa? Karena rohaninya stagnan. Kerohanian yang stagnan akan membuat iman seseorang tergoyahkan. Pembunuh nomor satu hubungan dengan Tuhan (dan mematikan secara diam-diam) adalah kehidupan rohani yang stagnan (Rasul Paulus mengatakannya sebagai kondisi kesuaman). Hal ini terjadi karena apa yang kita bangun dalam hidup ini, seperti keluarga, bisnis dan kepercayaan, tidak dibangun di atas landasan yang kuat dan kokoh. Dunia dapat menjadi landasan bagi kita. Relasi, kepintaran bahkan materi, semuanya dapat melandasi hidup ini. Tetapi hanya ada satu landasan yang dapat membawa kita kokoh berdiri, kuat terhadap goncangan dan menghasilkan buah, yakni jika kita tertanam di satu tempat dan berakar dengan kuat di sana. Itu adalah Yesus sendiri. Hal ini identik dengan jemaat yang senang pindah-pindah gereja, tidak akan pernah mengalami pertumbuhan rohani yang maksimal karena gagal berakar. Kemampuan kita untuk berakar kepadaNya lahir dari iman yang kuat dan kokoh. Nutrisi bagi iman kita adalah firman Allah. Orang yang berada di next level adalah orang yang hidup dengan firman Allah. Cirinya adalah firman itu tidak pernah meninggalkan mulutnya. Roma 10:8 mengatakan, "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Semakin kita naik ke level yang lebih tinggi, semakin kualitas firman itu hidup dalam diri kita. Yang membuat semua itu bisa terjadi adalah sikap kita yang tidak gampang goyah karena telah berakat dengan kuat.
Keempat, kegairahan. Kita tidak boleh kehilangan gairah kepada Tuhan. Semakin kita bergairah dan mengasihiNya, semakin kita dibawa naik ke next level. Posisi kita dipindahkan dari posisi paling luar ke tempat paling dalam yakni keintiman. Kegairahan akan membawa kita mengenalnya semakin lebih lagi. Banyak orang telah bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi sesungguhnya tidak pernah mengenal Dia. Tidak pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia. Maka penting sekali apa yang disebut dengan penyembahan, sebuah keadaan dimana kita intim dengan Dia dan menikmati hadiratNya. Keintiman (intimacy) adalah personal, sakral dan mengubahkan. Akhir-akhir ini banyak anak-anak Tuhan telah padam apiNya, padam cintaNya dan padam keintiman dengan Dia. Hal ini akan membuat kita tidak pernah menikmati hubungan yang lebih jauh, lebih dekat padaNya. Orang Kristen yang telah kehilangahn gairah pada Tuhan akan jatuh dalam dosa, hidup dalam pengaruh dunia dan stagnan rohaninya. Sebaliknya, kita perlu memunculkan kegairahan, cerminan rasa lapar dan haus akan Dia yang begitu luar biasanya, sehingga nyala api di dalam diri kita tidak pernah padam. Kalau kita mau sesuatu terjadi dalam diri kita seperti kesembuhan, pemulihan ekonomi, pemulihan keluarga, breakthrough, mujizat, pertolongan, dsb, maka kita perlu membangun kembali kegairahan akan Allah. Itu menjadi kunci yang membuka pintu perjumpaan dengan Dia. Dimana kita berjumpa dengan Dia, maka disana sesuatu akan terjadi.
tuntunlah aku ke gunung batu yang terlalu tinggi bagiku. (Mazmur 61:3)
Tuhan selalu rindu membawa anak-anakNya naik ke next level. Orang Kristen yang naik ke next level berarti mendapat promosi dari Tuhan untuk semakin luas pandangannya, semakin tinggi posisinya dan semakin mengerti apa sesungguhnya yang menjadi kehendak Tuhan dalam dirinya. Sama seperti seseorang yang berada di ketinggian melebihi orang lain yang sama-sama mendaki gunung, orang yang ada dipuncak lebih luas cara pandangnya dan sanggup melihat ke horizon. Demikian halnya dengan kehidupan rohani, siapapun yang berada di ketinggian, akan mampu melihat ada apa dibalik kenyataan yang ada; apakah perjalanan masih jauh, apakah tantangan masih belum berakhir; atau apakah sebentar lagi kita tiba di tujuan. Itu sebabnya, Tuhan tidak pernah mau kita stagnan (mandeg). Orang yang mengalami stagnasi rohani tidak akan mampu mengikuti kegerakan Allah untuk selalu naik ke level berikutnya. Bahkan dia sendiri tidak sanggup membawa dirinya naik ke next level, apalagi membawa orang lain. Mengapa? Rohaninya berhenti bertumbuh. Horizonnya sempit dan cara pandangnya menjadi terbatas. Maka ketika rohani seseorang berhenti bertumbuh, itu menjadi bahaya yang mengancam rencana Tuhan untuk membawanya naik lebih tinggi lagi.
Pertanyaan kita adalah, apakah yang membuat kita naik ke next level itu?
Pertama, ketaatan. Pada waktu Sodom dimusnahkan, Tuhan memerintahkan Lot untuk pergi melarikan diri hingga ke ‘pegunungan’ (Kej 19:17 - Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: "Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan, larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap." ). Inilah cara kerja Tuhan. Dia seringkali memerintahkan kita untuk meninggalkan ‘dunia lama’, mengeluarkan kita dari sana dan memerintahkan kita pergi ke pegunungan, sebuah tempat yang lebih tinggi. Masalah kita adalah ketidaktaatan. Lot juga demikian. Dia menawar pergi ke Zoar. Sehingga ketidaktaatannya, melahirkan suku Moab dan Amon yang lahir dari peristiwa incest dengan kedua anak perempuannya. Ketidaktaatan hanya akan melahirkan banyak perkara dalam hidup kita. Kelak kedua suku ini menjadi musuh bebuyutan suku Israel. Naik ke gunung itu memang susah dan berat. Berat badan kita bahkan menjadi beban bagi kedua kaki kita. Tetapi tidak ada perjalanan yang mudah untuk tiba di puncak. Sekalipun berat, Tuhan sedang membawa kita naik. Kita harus taat, seberat apapun perjalanan itu.
Kedua, persoalan. Seringkali kita berkata bahwa persoalan yang kita hadapi terlalu berat sehingga tidak kuat lagi menanggungnya. Padahal, Tuhan tidak pernah memberikan sesuatu yang harus kita tanggung melebihi kemampuan dan kapasitas kita. Daging kita berontak untuk setiap apa yang menjadi proses dalam hidup ini. Kita harus sadar bahwa ‘proses’ adalah tahapan yang harus kita lalui jika ingin naik level. Proses akan membuat kita belajar mengandalkan Tuhan dan bergantung sepenuhnya kepadaNya. Maka ketika berada dalam proses, jangan justru kita berbalik lari dari Tuhan tetapi semakin mendekat kepadaNya. 1 Kor 10:13 mengatakan, pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. Tidak ada manusia di dunia ini yang ‘bebas’ dari persoalan. Itu sebabnya, kita perlu mengerti bahwa kalau kita di dalam Tuhan, seberat apapun persoalan yang kita hadapi, sebetulnya Tuhan sedang mempersiapkan kapasitas rohani kita menjadi lebih dekat kepadaNya. Di dalam persoalan, ada ‘daya tahan’ ilahi yang kita terima daripadaNya. Semuanya ini hanya akan kita dapatkan jika tetap mengandalkan Dia. Persoalan seringkali Tuhan hadirkan dalam hidup kita sebagai process item, sebuah proses untuk memurnikan. Hanya orang yang lolos dari process itemlah yang bisa up to the next level. Oleh sebab itu, kita tidak perlu alergi terhadap persoalan. Itu adalah pintu masuk di mana Allah akan bekerja lebih banyak lagi dalam hidup ini.
Ketiga, mengalahkan stagnasi. Tanaman yang berakar akan tumbuh membesar dengan sehat dan menghasilkan buah. Demikian juga dengan kita, dapat mengalami pertumbuhan rohani, makin naik ke atas bahkan berbuah jika kita benar-benar kuat berakar di dalam Dia. Kolose 2:7 mengatakan “hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” Banyak orang gagal bertumbuh dan berhenti berbuah. Kenapa? Karena rohaninya stagnan. Kerohanian yang stagnan akan membuat iman seseorang tergoyahkan. Pembunuh nomor satu hubungan dengan Tuhan (dan mematikan secara diam-diam) adalah kehidupan rohani yang stagnan (Rasul Paulus mengatakannya sebagai kondisi kesuaman). Hal ini terjadi karena apa yang kita bangun dalam hidup ini, seperti keluarga, bisnis dan kepercayaan, tidak dibangun di atas landasan yang kuat dan kokoh. Dunia dapat menjadi landasan bagi kita. Relasi, kepintaran bahkan materi, semuanya dapat melandasi hidup ini. Tetapi hanya ada satu landasan yang dapat membawa kita kokoh berdiri, kuat terhadap goncangan dan menghasilkan buah, yakni jika kita tertanam di satu tempat dan berakar dengan kuat di sana. Itu adalah Yesus sendiri. Hal ini identik dengan jemaat yang senang pindah-pindah gereja, tidak akan pernah mengalami pertumbuhan rohani yang maksimal karena gagal berakar. Kemampuan kita untuk berakar kepadaNya lahir dari iman yang kuat dan kokoh. Nutrisi bagi iman kita adalah firman Allah. Orang yang berada di next level adalah orang yang hidup dengan firman Allah. Cirinya adalah firman itu tidak pernah meninggalkan mulutnya. Roma 10:8 mengatakan, "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Semakin kita naik ke level yang lebih tinggi, semakin kualitas firman itu hidup dalam diri kita. Yang membuat semua itu bisa terjadi adalah sikap kita yang tidak gampang goyah karena telah berakat dengan kuat.
Keempat, kegairahan. Kita tidak boleh kehilangan gairah kepada Tuhan. Semakin kita bergairah dan mengasihiNya, semakin kita dibawa naik ke next level. Posisi kita dipindahkan dari posisi paling luar ke tempat paling dalam yakni keintiman. Kegairahan akan membawa kita mengenalnya semakin lebih lagi. Banyak orang telah bertahun-tahun menjadi Kristen tetapi sesungguhnya tidak pernah mengenal Dia. Tidak pernah mengalami perjumpaan pribadi dengan Dia. Maka penting sekali apa yang disebut dengan penyembahan, sebuah keadaan dimana kita intim dengan Dia dan menikmati hadiratNya. Keintiman (intimacy) adalah personal, sakral dan mengubahkan. Akhir-akhir ini banyak anak-anak Tuhan telah padam apiNya, padam cintaNya dan padam keintiman dengan Dia. Hal ini akan membuat kita tidak pernah menikmati hubungan yang lebih jauh, lebih dekat padaNya. Orang Kristen yang telah kehilangahn gairah pada Tuhan akan jatuh dalam dosa, hidup dalam pengaruh dunia dan stagnan rohaninya. Sebaliknya, kita perlu memunculkan kegairahan, cerminan rasa lapar dan haus akan Dia yang begitu luar biasanya, sehingga nyala api di dalam diri kita tidak pernah padam. Kalau kita mau sesuatu terjadi dalam diri kita seperti kesembuhan, pemulihan ekonomi, pemulihan keluarga, breakthrough, mujizat, pertolongan, dsb, maka kita perlu membangun kembali kegairahan akan Allah. Itu menjadi kunci yang membuka pintu perjumpaan dengan Dia. Dimana kita berjumpa dengan Dia, maka disana sesuatu akan terjadi.
Komentar
Posting Komentar