RAHASIA INTIM DENGAN TUHAN
Menang terhadap Tekanan Rohani
Oleh: Ev. Dr. Sonny Eli Zaluchu
gloryofgodmin@gmail.com
Tekanan rohani biasanya muncul di dalam suasana keintiman kita dengan Tuhan. Pada waktu berdoa ataupun sewaktu melakukan pujian penyembahan. Tekanan yang terjadi menyebabkan sebuah situasi yang dirasakan mengikat atau menekan di dalam roh kita pada saat terhubung denganNya.
Saya merasakan sesuatu tetapi saya tidak tahu itu apa.
Dinamika di dalam roh kita yang sedang tertekan, dapat membawa pengaruh pada fisik dan kejiwaan kita. Tekanan ini dapat berlanjut pada tingkat stressing yang tinggi. Aktifitas manusia terganggu dan tanpa semangat. Maka yang terjadi, kita mulai enggan berdoa, malas mengambil waktu untuk saat teduh pribadi, jauh dari hadapan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan menjadi sesuatu yang rutin dan membosankan. Apakah yang sedang terjadi?
Tapi saat ini saya sedang berapi-api di dalam Tuhan.
Tapi kita tidak mendapatkan sesuatu. Di dalam tekanan ini, manusia umumnya tidak berdaya. Ada sebuah tenaga yang kuat yang melakukan serangan di dalam manusia roh kita.
Kosong!
Tekanan rohani selalu menghasilkan sesuatu yang kontras. Adakalanya, perasaan berkobar-kobar muncul ketika berada di dalam pertemuan ibadah atau sewaktu berhadapan dengan seorang hamba Tuhan yang diurapi. Rasanya kita menyala dengan panas.
Kontrasnya dimana?
Selepas kita keluar dari atmosfir urapan, terjadi hal yang sebaliknya. Api rohani yang semula berkobar, redup kembali. Keadaan emosi yang semula tenang, menjadi tersulut hanya dengan beberapa pemicu kecil yang seharusnya dapat diatasi. Sesuatu sedang terjadi. Fluktuasi rohani kita memperlihatkan grafik yang sangat tajam naik turunnya. Ini tidak lazim.
Dalam daerah apa saya mengalaminya?
Terutama dalam hubungan pribadi dengan Tuhan. Ada fase dimana kita berkobar-kobar berdoa dan menyerang. Semuanya mengalir lancar dan roh kita memberi respon positif. Mulut kita tidak henti-hentinya berkomunikasi dengan Tuhan melalui teknologi bahasa roh (kita akan membahasa ini pada bagian lain buku ini). Kesadaran akan Tuhan sangat kuat. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu, tiba-tiba kita berada di dalam sebuah kekosongan yang tidak kita mengerti. Sebuah tekanan menghimpit roh kita sedemikian rupa sehingga manusia roh kita lemah tak berdaya. Api yang semula berkobar-kobar itu menjadi redup. Mulut kita hambar dan “tanpa” kuasa. Doa kehilangan kuasanya! Kita kehilangan gairah terhadap Tuhan.
Kekosongan di dalam roh
Kosong berarti tidak berisi. Doa kita kosong. Pujian danpenyembahan kita kosong. Gairah kita kosong. Bahkan kehidupan rohani kita tidak memiliki isi. Dalam perspektif roh, ada sebuah ruang kosong yang begitu luas di dalam diri kita, tak berpenghuni. Daud pernah ketakutan kekosongan melanda dirinya. Itu sebabnya dia berseru dengan kalimat yang sangat terkenal, “Jangan ambil RohMu daripadaku!” Daud rupanya menyadari bahaya kekosongan ini.
Sesuatu yang kosong tidak memberi tanda kehidupan.
Itulah yang terjadi. Kalimat doa atau pujian yang keluar melalui mulut kita, menjadi hambar dan kehilangan makna. Tak ubahnya hamburan kata-kata tak berguna, keluar begitu saja ke atmosfir.
Lalu untuk apa saya berdoa?
Kalau sudah seperti ini, iblis menang. Dia memang berkehendak memblok arus hubungan antara kita dengan Tuhan. Dampaknya sangat nyata. Rasa kosong dapat membuat kita malas berdoa. Kita enggan membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Ibarat olahragawan yang tak bertenaga, pujian dan penyembahan yang ditujukan padaNya tidak memiliki kuasa untuk memasuki tahtaNya.
Kalau begitu dimana letak kesalahannya?
Pada waktu kekosongan terjadi, sesungguhnya pada saat itu kita telah kehilangan otoritas dan kekuatan rohani. Kuasa orang percaya dilepaskan melalui mulut. Kuasa itu berpengaruh terhadap sistem dunia, kerajaan iblis dan manusia. Bahkan mempengaruhi Surga. Mulut kita memiliki kuasa melepaskan atau mengikat sesuatu di sana. Otoritas Allah yang ada di dalam diri orang percaya, telah membawa kita di dalam level rohani tertentu yang mampu menggerakkan segala sesuatu yang ada disekeliling kita. Kekosongan terjadi karena kuasa yang ada di dalam kita, yang seharusnya kita miliki, telah lepas dan “meninggalkan” diri kita.
Mengapa bisa demikian?
Dosa telah membuat tubuh kita tercemar. Tubuh sebagai bait Allah yang hidup menjadi tidak layak sebagai tempat persemayaman Roh Allah. Sifat kedagingan manusia lebih dominan daripada kekuatan roh. Inilah yang menyebabkan dosa menjadi sebuah ikatan dimana manusia tidak berdaya menghadapinya.
Kita dituntut untuk menjaga diri dengan baik agar semua sifat dosa di dalam daging kita dapat dikendalikan. Pintu masuk bagi ikatan dosa seperti mulut, mata, hati dan pikiran, harus benar-benar kita pertahankan tetap di dalam kasih karuniaNya. Ketidakhati-hatian menjaga empat elemen tersebut akan membuat kita kehilangan kekuatan spirit. Elemen elemen asing di dalam diri kita akan “berperang” melawan sifat-sifat Ilahi tersebut. Apabila daging memberi respon terhadap benih asing tersebut, maka sifat-sifat Ilahi itu akan mengecil perannya untuk kemudian redup sama sekali. Inilah titik dimana kekosongan akan mulai berlangsung di dalam spirit kita. Hati kita yang keras, tidak mau berubah, luka dan tidak kudus, akan gagal menjalankan fungsinya untuk memancarkan kehidupan. Mulut kita yang kasar, didominasi oleh perkataan-perkataan kutuk, penuh dengan cercaan dan antipati akan menghilangkan kuasa berkat. Pikiran yang belum ditaklukan, memberi tempat pada hal-hal kotor dan najis, penuh prasangka, rancangan jahat serta sikap menghakimi, akan mengarahkan manusia pada tindakan-tindakan yang sesat dan salah. Demikian dengan mata yang penuh banyak menyaksikan hal-hal duniawi yang sifatnya dursila, akan membuat tubuh kita kehilangan kemuliaannya. Semua "lubang"” ini telah merusak sistem kekebalan rohani manusia sehingga menjadi loyo dan tak bertenaga sewaktu berdoa atau memanjatkan pujian penyembahan kepada Allah.
Berada di Dalam Tembok
Pada keadaan yang seperti ini, kita berhadapan melawan sebuah tembok tebal, tidak terlihat tetapi terasa membatasi gerak langkah kita. Ada sebuah tembok kokoh yang tak bisa tertembus. Mengeliling kita di kiri, kanan dan ke atas. Terkurung tak berdaya.
Bagaimana saya merasakannya di dalam doa?
Desakan di dalam roh yang dilepaskan melalui doa dan penyembahan, terasa tidak bertenaga. Semuanya berakhir dengan memantul kembali “turun” ke bumi. Sesuatu yang tidak terlihat sedang membatasi kekuatan roh kita dan menghimpit.
Seperti momentum bola karet.
Semakin keras kita berdoa dan mendesak, maka tenaga itu kembali memantul. Kita kehilangan ekspresi dan kebebasan. Ada sebuah keadaan dimana kita terhimpit dan tertekan. Parahnya, tembok-tembok itu tidak terdapat pada langit-langit kamar atau lingkungan kita, tetapi di dalam diri kita sendiri. Yang jelas, tembok ini membuat kita terjebak tak berdaya dan dengan perlahan sedang turun ke bawah menghimpit. Kita sulit bernafas! Seperti penyelam yang meluncur makin dalam menuju dasar laut, dirinya menerima beban ribuan ton air yang bila tidak hati-hati, akan membuat pembuluh darahnya pecah dan paru-parunya robek.
Apa yang sedang terjadi?
Tekanan berasal dari iblis. Pada saat sedang lemah, iblis membangun atmosfir yang kuat disekeliling kita. Tentu saja atmosfir ini bertentangan dengan atmosfir Surgawi. Setiap doa yang kita panjatkan atau pujian yang kita nyanyikan di dalam atmosfir yang menekan tersebut, sulit keluar dengan leluasa. Ada semacam kegelisahan rohani yang sedang membelit kita. Penyebabnya adalah intimidasi iblis telah tiba di pekarangan depan rumah kita atau malah di pinggir tempat tidur kita.
Hati-hati!
Tekanan terjadi karena aktifitas iblis sedang sangat nyata disekitar kita dan tidak disadari keberadaannya. Ada celah yang sedang terbuka di dalam diri kita dan membuatnya masuk. Perhatikan. Orang yang tertekan di dalam rohnya, akan sulit bergerak secara leluasa dengan tubuhnya. Bibir dan lidah terasa kelu dan hati seperti dicengkeram dengan kuat oleh sesuatu yang asing. Tidak ada kebebasan. Pikiran tidak bisa tenang. Anak-anak Tuhan yang sering berada di dalam keadaan seperti ini harus was-was agar tembok iblis tidak semakin tebal.
Intimidasi Pikiran dan Ketakutan
Hati-hati terhadap yang satu ini. Serangan iblis yang paling kuat adalah dalam pikiran manusia. Jika pikiran sudah dikuasai maka dipastikan tindakan seseorang akan menyesatkan dirinya. Di dalam pikiran kita terdapat banyak memori masa lalu, yang baik dan yang buruk. Iblis dapat membangkitkan semua kenangan buruk itu untuk membuat kita tetap terikat dengan masa lalu sehingga muncul rasa takut dan was-was berkepanjangan. Tujuannya untuk membuat kita kuatir. Kalau kekuatiran makin memuncak di dalam diri kita maka pengharapan akan hilang (hopeless). Kita menjadi goyah berdiri dan mulai mencari-cari pembenaran sikap atau penyelesaian duniawi.
Mata besar sedang mengintai?
Kekuatiran membuat kita takut terhadap sesuatu yang sedang mengintai. Ada sebuah kesimpulan di dalam roh kita yang merasa sedang diawasi sesuatu atau diikuti seseorang di tempat tersembunyi. Aktifitas kita terganggu. Mulai muncul sikap curiga pada setiap orang yang ada disekeliling kita. Bahkan kita takut terhadap diri sendiri. Ada rasa bersalah yang dalam dan takut bertindak! Seolah-olah semua tindakan kita, salah!
Intimidasi pikiran menyebabkan keputus-asaan rohani.
Intimidasi pikiran menyebabkan ketakberdayaan. Semua potensi kita, gagal mencapai hasil yang maksimum. Bahkan cenderung tak dioptimalkan. Kita menjadi takut bertindak dan tidak berani melangkah. Berpotensi tetapi tidak berdaya. Benteng-benteng di dalam pikiran kita terbentuk akibat intimidasi iblis yang terus menerus mendakwa sikap, tindakan dan perilaku kita. Anak-anak Tuhan yang berada di dalam tekanan ini, gagal bertumbuh secara rohani dan tidak berani melangkah. Oang yang seperti ini memiliki emosi yang labil. Cepat berubah oleh situasi eksternal dan tak bisa diprediksikan.
Dampaknya jelas. Kita kehilangan damai sejahtera Allah dan tuntunanNya di dalam setiap langkah kehidupan kita. Pergi menyembunyikan diri, lari dari masalah, berdalih, adalah ciri ciri utama orang yang berada di dalam keadaan seperti ini.
Rasa sedih yang Mendalam
Berduka bisa muncul sebagai konsekuensi rasa bersalah yang terlalu berlebihan. Kesedihan itu datang melanda terus menerus dan membuat seseorang gagal menempatkan dirinya di dalam dinamika roh. Kesedihan akan membuat siapapun membangun dunianya di atas dasar fantasi, angan-angan dan menjauhi pergaulan dengan orang lain.
Mengapa terjadi?
Kesalahan-kesalahan kecil yang terlalu dihiperbola dapat menjadi akar rasa bersalah berkepanjangan. Merasa tidak layak atas semua hal yang telah terjadi. Ketidaklayakan ini terjadi karena intimidasi rasa bersalah di dalam pikiran. Banyak hal yang memicu kesalahan-kesalahan kecil itu seperti dosa sehari-hari (yang terus terulang), ketidaktaatan, dan hak yang belum diserahkan kepada Tuhan.
Bagaimana dengan masa lalu yang buruk?
Kesedihan juga dapat terjadi akibat masa lalu yang buruk yang menimbulkan luka batin. Persoalan muncul karena luka batin tersebut selalu dijadikan pembenaran dan masih dipegang erat-erat. Tanpa disadari masa lalu yang buruk itu menciptakan ikatan di dalam roh seseorang. Memang mulutnya berkata bahwa dia sudah bisa melupakan apa yang terjadi dibelakangnya tetapi sesungguhnya tidak demikian. Pikiran dan hatinya masih suka menjelalah ke masa lalu untuk menghakimi setiap orang yang berperan didalamnya, untuk mencari pembenaran sikapnya di masa sekarang.
Seseorang yang seperti ini tidak mampu melihat dunia yang berubah dan nyata. Dirinya kehilangan pegangan penting dan memerlukan figur untuk membantu mengangkatnya dari keterpurukan masa lalu atau intimidasi rasa bersalah.
Apa yang akan terjadi jika terus seperti ini?
Konsekuensi logis dari kejadian seperti ini adalah kegagalan untuk bangkit lagi. Segala-galanya telah menjadi selesai bagi kita. Terpuruk begitu dalam tanpa mampu mengangkat kepala dan melihat "keatas". Muncul pikiran-pikiran negatif yang selalu menyalahkan orang lain bahkan diri sendiri. Aliran rasa sedih yang kuat sekali, menyebabkan seseorang kehilangan Tuhan sebagai pegangan di dalam masa-masa pencobaan ini.
Padahal, Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu menerima pertobatan kita dan memiliki kerinduan untuk melihat kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Bukankah Ia tidak menahan kebaikan bagi kita?
Grafik yang Naik Turun
Ini yang paling sering dihadapi ! Dinamika kehidupan rohani kita berada di dalam grafik yang tidak stabil. Kadang kita merasa sangat menyala dan berkobar-kobar tetapi tidak berapa lama kemudian drop tanpa daya. Hati yang berkobar-kobar muncul saat berada di dalam lingkup atmosfir rohani yang kuat. Keluar dari atmosfir itu, kita menjadi seperti semula. Bahkan tidak merasa sesuatu telah terjadi. Kobaran roh hanya bertahan sesaat untuk kemudian hilang tak berbekas.
Keadaan naik turun ini terjadi karena stamina rohani yang tidak terjaga. Dari banyak faktor yang menjadi latar belakang, beberapa faktor utama yang menyebabkannya adalah sikap kita yang terlalu memfavoritkan suatu ibadah tertentu, hamba Tuhan tertentu, dan yang paling berbahaya, kita telah membiarkan diri kita di dalam suatu fanatisme rohani yang mengedepankan perasaan kita (lebih tepatnya kedagingan kita) daripada kemauan roh.
Lebih terpengaruh hal-hal eksternal.
Pergaulan, problem, suasana dan orang-orang adalah elemen-elemen eksternal yang seringkali kita tempatkan sebagai alat pengukur kadar kerohanian kita. Dan celakanya, kita membiarkan diri kita larut di dalam dinamika semua elemen-elemen itu. Pada waktu salah satu hal eksternal itu berubah, kita menjadikannya sebagai alasan penyebab turunnya stamina rohani kita. Ada hal yang sebenarnya terjadi adalah, kita gagal mempertahankan api roh tetap menyala dari dalam diri kita sendiri. Kita tidak mampu menjaga kebugaran rohani. Kemampuan menjaga hal seperti ini tidak ditentukan oleh faktor eksternal tetapi secara internal. Penyebab naik turunnya stamina rohani kita adalah diri kita sendiri.
Faktor itu ada di dalam diri kita.
Biasanya dimulai dari pikiran-pikiran kita yang mulai mempertanyakan, memetodakan atau melogika-kan segala hal yang terkait dengan pengalaman rohani. Kita tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Bahkan tidak mau diproses oleh Tuhan. Kita mulai bertanya-tanya apakah itu benar dari Allah atau tidak. Pikiran dan perasaan mulai mengambil alih kendali di dalam roh kita.
Tanpa disadari fokus kepada Allah telah bergeser. Kita mulai terpenagruh terhadap apa yang terlihat. Iman kita mulai digerogoti oleh berbagai kebimbangan dan kekuatiran terhadap hal-hal yang terlihat. Tenaga dan pikiran semuanya tercurah pada aktifitas dan pekerjaan yang kita lakukan. Maka ketika berada di dalam pertemuan ibadah, kita terlihat seperti orang yang baru saja terbebas dari cengkeraman padang pasir. Ada kehausan ! Tetapi setelah “diisi” kembali, rasa haus itu akan membuat segala sesuatu menjadi biasa kembali. Kita lupa bahwa diperlukan usaha untuk menjaga kehidupan rohani dan bukan sekedar menikmatinya lalu “melengos” pergi . Banyak anak-anak Tuhan yang akhirnya terjebak di dalam kekeringan rohani atau rutinitas karena memiliki dinamika rohani yang naik-turun.
Hati yang Panas
Tekanan semacam ini umumnya mewarnai kehidupan keseharian anak-anak Tuhan. Hati yang panas dapat menjadi tekanan di dalam roh kita karena kita sulit mengendalikan diri. Dimulai dari emosi yang tidak terkendali di dalam hati.
Darimanakah asalnya?
Emosi dapat muncul dari prasangka yang dibangun di dalam pikiran kita. Kemudian, prasangka ini kita ijinkan mempengaruhi suasana hati untuk mencari pembenaran sikap, tindakan atau respon. Biasanya iblis suka bermain di wilayah ini. Ketika hati seseorang telah dipengaruhi, maka dipastikan tindakannya akan salah. Fokusnya bukan lagi pada kasih Allah tetapi pada kemarahan yang meluap-luap dan bagaimana melampiaskannya.
Prasangka adalah sebuah penilaian pribadi yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Kita harus mengendalikan aktifitas seperti ini jika ingin terlepas dari tekanan hati yang panas. Orang yang berada di dalam tekanan hati yang panas, akan cenderung bertindak salah yang bisa disesalinya dikemudian hari.
Hati yang panas umumnya muncul di dalam diri orang-orang yang memiliki motif menonjolkan diri sendiri, tidak mau tersaingi dan punya kemarahan-kemarahan yang belum dituntaskan di dalam hatinya. Sifat superior selalu muncul di dalam diri orang yang seperti ini. Di dalam dirinya terdapat simpul simpul kepahitan dan bagian hati yang masih belum diserahkan kepada Tuhan.
Hati yang panas akan membuat kita kehilangan damai sejahtera. Interaksi dengan orang lain akan membuka konflik dan menggagalkan pekerjaan yang sedang dilakukan. Kita lepas kendali dan gagal membangun konsentrasi. Orang-orang yang seperti ini sulit sekali membangun hubungan dengan Tuhan. Dibutuhkan kedamaian, ketenangan dan hati yang haus
Oleh: Ev. Dr. Sonny Eli Zaluchu
gloryofgodmin@gmail.com
Tekanan rohani biasanya muncul di dalam suasana keintiman kita dengan Tuhan. Pada waktu berdoa ataupun sewaktu melakukan pujian penyembahan. Tekanan yang terjadi menyebabkan sebuah situasi yang dirasakan mengikat atau menekan di dalam roh kita pada saat terhubung denganNya.
Saya merasakan sesuatu tetapi saya tidak tahu itu apa.
Dinamika di dalam roh kita yang sedang tertekan, dapat membawa pengaruh pada fisik dan kejiwaan kita. Tekanan ini dapat berlanjut pada tingkat stressing yang tinggi. Aktifitas manusia terganggu dan tanpa semangat. Maka yang terjadi, kita mulai enggan berdoa, malas mengambil waktu untuk saat teduh pribadi, jauh dari hadapan Tuhan. Hubungan dengan Tuhan menjadi sesuatu yang rutin dan membosankan. Apakah yang sedang terjadi?
Tapi saat ini saya sedang berapi-api di dalam Tuhan.
Tapi kita tidak mendapatkan sesuatu. Di dalam tekanan ini, manusia umumnya tidak berdaya. Ada sebuah tenaga yang kuat yang melakukan serangan di dalam manusia roh kita.
Kosong!
Tekanan rohani selalu menghasilkan sesuatu yang kontras. Adakalanya, perasaan berkobar-kobar muncul ketika berada di dalam pertemuan ibadah atau sewaktu berhadapan dengan seorang hamba Tuhan yang diurapi. Rasanya kita menyala dengan panas.
Kontrasnya dimana?
Selepas kita keluar dari atmosfir urapan, terjadi hal yang sebaliknya. Api rohani yang semula berkobar, redup kembali. Keadaan emosi yang semula tenang, menjadi tersulut hanya dengan beberapa pemicu kecil yang seharusnya dapat diatasi. Sesuatu sedang terjadi. Fluktuasi rohani kita memperlihatkan grafik yang sangat tajam naik turunnya. Ini tidak lazim.
Dalam daerah apa saya mengalaminya?
Terutama dalam hubungan pribadi dengan Tuhan. Ada fase dimana kita berkobar-kobar berdoa dan menyerang. Semuanya mengalir lancar dan roh kita memberi respon positif. Mulut kita tidak henti-hentinya berkomunikasi dengan Tuhan melalui teknologi bahasa roh (kita akan membahasa ini pada bagian lain buku ini). Kesadaran akan Tuhan sangat kuat. Tetapi seiring dengan berlalunya waktu, tiba-tiba kita berada di dalam sebuah kekosongan yang tidak kita mengerti. Sebuah tekanan menghimpit roh kita sedemikian rupa sehingga manusia roh kita lemah tak berdaya. Api yang semula berkobar-kobar itu menjadi redup. Mulut kita hambar dan “tanpa” kuasa. Doa kehilangan kuasanya! Kita kehilangan gairah terhadap Tuhan.
Kekosongan di dalam roh
Kosong berarti tidak berisi. Doa kita kosong. Pujian danpenyembahan kita kosong. Gairah kita kosong. Bahkan kehidupan rohani kita tidak memiliki isi. Dalam perspektif roh, ada sebuah ruang kosong yang begitu luas di dalam diri kita, tak berpenghuni. Daud pernah ketakutan kekosongan melanda dirinya. Itu sebabnya dia berseru dengan kalimat yang sangat terkenal, “Jangan ambil RohMu daripadaku!” Daud rupanya menyadari bahaya kekosongan ini.
Sesuatu yang kosong tidak memberi tanda kehidupan.
Itulah yang terjadi. Kalimat doa atau pujian yang keluar melalui mulut kita, menjadi hambar dan kehilangan makna. Tak ubahnya hamburan kata-kata tak berguna, keluar begitu saja ke atmosfir.
Lalu untuk apa saya berdoa?
Kalau sudah seperti ini, iblis menang. Dia memang berkehendak memblok arus hubungan antara kita dengan Tuhan. Dampaknya sangat nyata. Rasa kosong dapat membuat kita malas berdoa. Kita enggan membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Ibarat olahragawan yang tak bertenaga, pujian dan penyembahan yang ditujukan padaNya tidak memiliki kuasa untuk memasuki tahtaNya.
Kalau begitu dimana letak kesalahannya?
Pada waktu kekosongan terjadi, sesungguhnya pada saat itu kita telah kehilangan otoritas dan kekuatan rohani. Kuasa orang percaya dilepaskan melalui mulut. Kuasa itu berpengaruh terhadap sistem dunia, kerajaan iblis dan manusia. Bahkan mempengaruhi Surga. Mulut kita memiliki kuasa melepaskan atau mengikat sesuatu di sana. Otoritas Allah yang ada di dalam diri orang percaya, telah membawa kita di dalam level rohani tertentu yang mampu menggerakkan segala sesuatu yang ada disekeliling kita. Kekosongan terjadi karena kuasa yang ada di dalam kita, yang seharusnya kita miliki, telah lepas dan “meninggalkan” diri kita.
Mengapa bisa demikian?
Dosa telah membuat tubuh kita tercemar. Tubuh sebagai bait Allah yang hidup menjadi tidak layak sebagai tempat persemayaman Roh Allah. Sifat kedagingan manusia lebih dominan daripada kekuatan roh. Inilah yang menyebabkan dosa menjadi sebuah ikatan dimana manusia tidak berdaya menghadapinya.
Kita dituntut untuk menjaga diri dengan baik agar semua sifat dosa di dalam daging kita dapat dikendalikan. Pintu masuk bagi ikatan dosa seperti mulut, mata, hati dan pikiran, harus benar-benar kita pertahankan tetap di dalam kasih karuniaNya. Ketidakhati-hatian menjaga empat elemen tersebut akan membuat kita kehilangan kekuatan spirit. Elemen elemen asing di dalam diri kita akan “berperang” melawan sifat-sifat Ilahi tersebut. Apabila daging memberi respon terhadap benih asing tersebut, maka sifat-sifat Ilahi itu akan mengecil perannya untuk kemudian redup sama sekali. Inilah titik dimana kekosongan akan mulai berlangsung di dalam spirit kita. Hati kita yang keras, tidak mau berubah, luka dan tidak kudus, akan gagal menjalankan fungsinya untuk memancarkan kehidupan. Mulut kita yang kasar, didominasi oleh perkataan-perkataan kutuk, penuh dengan cercaan dan antipati akan menghilangkan kuasa berkat. Pikiran yang belum ditaklukan, memberi tempat pada hal-hal kotor dan najis, penuh prasangka, rancangan jahat serta sikap menghakimi, akan mengarahkan manusia pada tindakan-tindakan yang sesat dan salah. Demikian dengan mata yang penuh banyak menyaksikan hal-hal duniawi yang sifatnya dursila, akan membuat tubuh kita kehilangan kemuliaannya. Semua "lubang"” ini telah merusak sistem kekebalan rohani manusia sehingga menjadi loyo dan tak bertenaga sewaktu berdoa atau memanjatkan pujian penyembahan kepada Allah.
Berada di Dalam Tembok
Pada keadaan yang seperti ini, kita berhadapan melawan sebuah tembok tebal, tidak terlihat tetapi terasa membatasi gerak langkah kita. Ada sebuah tembok kokoh yang tak bisa tertembus. Mengeliling kita di kiri, kanan dan ke atas. Terkurung tak berdaya.
Bagaimana saya merasakannya di dalam doa?
Desakan di dalam roh yang dilepaskan melalui doa dan penyembahan, terasa tidak bertenaga. Semuanya berakhir dengan memantul kembali “turun” ke bumi. Sesuatu yang tidak terlihat sedang membatasi kekuatan roh kita dan menghimpit.
Seperti momentum bola karet.
Semakin keras kita berdoa dan mendesak, maka tenaga itu kembali memantul. Kita kehilangan ekspresi dan kebebasan. Ada sebuah keadaan dimana kita terhimpit dan tertekan. Parahnya, tembok-tembok itu tidak terdapat pada langit-langit kamar atau lingkungan kita, tetapi di dalam diri kita sendiri. Yang jelas, tembok ini membuat kita terjebak tak berdaya dan dengan perlahan sedang turun ke bawah menghimpit. Kita sulit bernafas! Seperti penyelam yang meluncur makin dalam menuju dasar laut, dirinya menerima beban ribuan ton air yang bila tidak hati-hati, akan membuat pembuluh darahnya pecah dan paru-parunya robek.
Apa yang sedang terjadi?
Tekanan berasal dari iblis. Pada saat sedang lemah, iblis membangun atmosfir yang kuat disekeliling kita. Tentu saja atmosfir ini bertentangan dengan atmosfir Surgawi. Setiap doa yang kita panjatkan atau pujian yang kita nyanyikan di dalam atmosfir yang menekan tersebut, sulit keluar dengan leluasa. Ada semacam kegelisahan rohani yang sedang membelit kita. Penyebabnya adalah intimidasi iblis telah tiba di pekarangan depan rumah kita atau malah di pinggir tempat tidur kita.
Hati-hati!
Tekanan terjadi karena aktifitas iblis sedang sangat nyata disekitar kita dan tidak disadari keberadaannya. Ada celah yang sedang terbuka di dalam diri kita dan membuatnya masuk. Perhatikan. Orang yang tertekan di dalam rohnya, akan sulit bergerak secara leluasa dengan tubuhnya. Bibir dan lidah terasa kelu dan hati seperti dicengkeram dengan kuat oleh sesuatu yang asing. Tidak ada kebebasan. Pikiran tidak bisa tenang. Anak-anak Tuhan yang sering berada di dalam keadaan seperti ini harus was-was agar tembok iblis tidak semakin tebal.
Intimidasi Pikiran dan Ketakutan
Hati-hati terhadap yang satu ini. Serangan iblis yang paling kuat adalah dalam pikiran manusia. Jika pikiran sudah dikuasai maka dipastikan tindakan seseorang akan menyesatkan dirinya. Di dalam pikiran kita terdapat banyak memori masa lalu, yang baik dan yang buruk. Iblis dapat membangkitkan semua kenangan buruk itu untuk membuat kita tetap terikat dengan masa lalu sehingga muncul rasa takut dan was-was berkepanjangan. Tujuannya untuk membuat kita kuatir. Kalau kekuatiran makin memuncak di dalam diri kita maka pengharapan akan hilang (hopeless). Kita menjadi goyah berdiri dan mulai mencari-cari pembenaran sikap atau penyelesaian duniawi.
Mata besar sedang mengintai?
Kekuatiran membuat kita takut terhadap sesuatu yang sedang mengintai. Ada sebuah kesimpulan di dalam roh kita yang merasa sedang diawasi sesuatu atau diikuti seseorang di tempat tersembunyi. Aktifitas kita terganggu. Mulai muncul sikap curiga pada setiap orang yang ada disekeliling kita. Bahkan kita takut terhadap diri sendiri. Ada rasa bersalah yang dalam dan takut bertindak! Seolah-olah semua tindakan kita, salah!
Intimidasi pikiran menyebabkan keputus-asaan rohani.
Intimidasi pikiran menyebabkan ketakberdayaan. Semua potensi kita, gagal mencapai hasil yang maksimum. Bahkan cenderung tak dioptimalkan. Kita menjadi takut bertindak dan tidak berani melangkah. Berpotensi tetapi tidak berdaya. Benteng-benteng di dalam pikiran kita terbentuk akibat intimidasi iblis yang terus menerus mendakwa sikap, tindakan dan perilaku kita. Anak-anak Tuhan yang berada di dalam tekanan ini, gagal bertumbuh secara rohani dan tidak berani melangkah. Oang yang seperti ini memiliki emosi yang labil. Cepat berubah oleh situasi eksternal dan tak bisa diprediksikan.
Dampaknya jelas. Kita kehilangan damai sejahtera Allah dan tuntunanNya di dalam setiap langkah kehidupan kita. Pergi menyembunyikan diri, lari dari masalah, berdalih, adalah ciri ciri utama orang yang berada di dalam keadaan seperti ini.
Rasa sedih yang Mendalam
Berduka bisa muncul sebagai konsekuensi rasa bersalah yang terlalu berlebihan. Kesedihan itu datang melanda terus menerus dan membuat seseorang gagal menempatkan dirinya di dalam dinamika roh. Kesedihan akan membuat siapapun membangun dunianya di atas dasar fantasi, angan-angan dan menjauhi pergaulan dengan orang lain.
Mengapa terjadi?
Kesalahan-kesalahan kecil yang terlalu dihiperbola dapat menjadi akar rasa bersalah berkepanjangan. Merasa tidak layak atas semua hal yang telah terjadi. Ketidaklayakan ini terjadi karena intimidasi rasa bersalah di dalam pikiran. Banyak hal yang memicu kesalahan-kesalahan kecil itu seperti dosa sehari-hari (yang terus terulang), ketidaktaatan, dan hak yang belum diserahkan kepada Tuhan.
Bagaimana dengan masa lalu yang buruk?
Kesedihan juga dapat terjadi akibat masa lalu yang buruk yang menimbulkan luka batin. Persoalan muncul karena luka batin tersebut selalu dijadikan pembenaran dan masih dipegang erat-erat. Tanpa disadari masa lalu yang buruk itu menciptakan ikatan di dalam roh seseorang. Memang mulutnya berkata bahwa dia sudah bisa melupakan apa yang terjadi dibelakangnya tetapi sesungguhnya tidak demikian. Pikiran dan hatinya masih suka menjelalah ke masa lalu untuk menghakimi setiap orang yang berperan didalamnya, untuk mencari pembenaran sikapnya di masa sekarang.
Seseorang yang seperti ini tidak mampu melihat dunia yang berubah dan nyata. Dirinya kehilangan pegangan penting dan memerlukan figur untuk membantu mengangkatnya dari keterpurukan masa lalu atau intimidasi rasa bersalah.
Apa yang akan terjadi jika terus seperti ini?
Konsekuensi logis dari kejadian seperti ini adalah kegagalan untuk bangkit lagi. Segala-galanya telah menjadi selesai bagi kita. Terpuruk begitu dalam tanpa mampu mengangkat kepala dan melihat "keatas". Muncul pikiran-pikiran negatif yang selalu menyalahkan orang lain bahkan diri sendiri. Aliran rasa sedih yang kuat sekali, menyebabkan seseorang kehilangan Tuhan sebagai pegangan di dalam masa-masa pencobaan ini.
Padahal, Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu menerima pertobatan kita dan memiliki kerinduan untuk melihat kita berbalik dari jalan-jalan yang jahat. Bukankah Ia tidak menahan kebaikan bagi kita?
Grafik yang Naik Turun
Ini yang paling sering dihadapi ! Dinamika kehidupan rohani kita berada di dalam grafik yang tidak stabil. Kadang kita merasa sangat menyala dan berkobar-kobar tetapi tidak berapa lama kemudian drop tanpa daya. Hati yang berkobar-kobar muncul saat berada di dalam lingkup atmosfir rohani yang kuat. Keluar dari atmosfir itu, kita menjadi seperti semula. Bahkan tidak merasa sesuatu telah terjadi. Kobaran roh hanya bertahan sesaat untuk kemudian hilang tak berbekas.
Keadaan naik turun ini terjadi karena stamina rohani yang tidak terjaga. Dari banyak faktor yang menjadi latar belakang, beberapa faktor utama yang menyebabkannya adalah sikap kita yang terlalu memfavoritkan suatu ibadah tertentu, hamba Tuhan tertentu, dan yang paling berbahaya, kita telah membiarkan diri kita di dalam suatu fanatisme rohani yang mengedepankan perasaan kita (lebih tepatnya kedagingan kita) daripada kemauan roh.
Lebih terpengaruh hal-hal eksternal.
Pergaulan, problem, suasana dan orang-orang adalah elemen-elemen eksternal yang seringkali kita tempatkan sebagai alat pengukur kadar kerohanian kita. Dan celakanya, kita membiarkan diri kita larut di dalam dinamika semua elemen-elemen itu. Pada waktu salah satu hal eksternal itu berubah, kita menjadikannya sebagai alasan penyebab turunnya stamina rohani kita. Ada hal yang sebenarnya terjadi adalah, kita gagal mempertahankan api roh tetap menyala dari dalam diri kita sendiri. Kita tidak mampu menjaga kebugaran rohani. Kemampuan menjaga hal seperti ini tidak ditentukan oleh faktor eksternal tetapi secara internal. Penyebab naik turunnya stamina rohani kita adalah diri kita sendiri.
Faktor itu ada di dalam diri kita.
Biasanya dimulai dari pikiran-pikiran kita yang mulai mempertanyakan, memetodakan atau melogika-kan segala hal yang terkait dengan pengalaman rohani. Kita tidak sabar menunggu waktu Tuhan. Bahkan tidak mau diproses oleh Tuhan. Kita mulai bertanya-tanya apakah itu benar dari Allah atau tidak. Pikiran dan perasaan mulai mengambil alih kendali di dalam roh kita.
Tanpa disadari fokus kepada Allah telah bergeser. Kita mulai terpenagruh terhadap apa yang terlihat. Iman kita mulai digerogoti oleh berbagai kebimbangan dan kekuatiran terhadap hal-hal yang terlihat. Tenaga dan pikiran semuanya tercurah pada aktifitas dan pekerjaan yang kita lakukan. Maka ketika berada di dalam pertemuan ibadah, kita terlihat seperti orang yang baru saja terbebas dari cengkeraman padang pasir. Ada kehausan ! Tetapi setelah “diisi” kembali, rasa haus itu akan membuat segala sesuatu menjadi biasa kembali. Kita lupa bahwa diperlukan usaha untuk menjaga kehidupan rohani dan bukan sekedar menikmatinya lalu “melengos” pergi . Banyak anak-anak Tuhan yang akhirnya terjebak di dalam kekeringan rohani atau rutinitas karena memiliki dinamika rohani yang naik-turun.
Hati yang Panas
Tekanan semacam ini umumnya mewarnai kehidupan keseharian anak-anak Tuhan. Hati yang panas dapat menjadi tekanan di dalam roh kita karena kita sulit mengendalikan diri. Dimulai dari emosi yang tidak terkendali di dalam hati.
Darimanakah asalnya?
Emosi dapat muncul dari prasangka yang dibangun di dalam pikiran kita. Kemudian, prasangka ini kita ijinkan mempengaruhi suasana hati untuk mencari pembenaran sikap, tindakan atau respon. Biasanya iblis suka bermain di wilayah ini. Ketika hati seseorang telah dipengaruhi, maka dipastikan tindakannya akan salah. Fokusnya bukan lagi pada kasih Allah tetapi pada kemarahan yang meluap-luap dan bagaimana melampiaskannya.
Prasangka adalah sebuah penilaian pribadi yang belum tentu sesuai dengan kenyataan. Kita harus mengendalikan aktifitas seperti ini jika ingin terlepas dari tekanan hati yang panas. Orang yang berada di dalam tekanan hati yang panas, akan cenderung bertindak salah yang bisa disesalinya dikemudian hari.
Hati yang panas umumnya muncul di dalam diri orang-orang yang memiliki motif menonjolkan diri sendiri, tidak mau tersaingi dan punya kemarahan-kemarahan yang belum dituntaskan di dalam hatinya. Sifat superior selalu muncul di dalam diri orang yang seperti ini. Di dalam dirinya terdapat simpul simpul kepahitan dan bagian hati yang masih belum diserahkan kepada Tuhan.
Hati yang panas akan membuat kita kehilangan damai sejahtera. Interaksi dengan orang lain akan membuka konflik dan menggagalkan pekerjaan yang sedang dilakukan. Kita lepas kendali dan gagal membangun konsentrasi. Orang-orang yang seperti ini sulit sekali membangun hubungan dengan Tuhan. Dibutuhkan kedamaian, ketenangan dan hati yang haus
Shalom,
BalasHapusPak Sonny...,
Artikel nya sangat luar biasa,sungguh Nyata dan hidup.Pak..,Minta ijin nya iya,saya mau taruh di multiply saya.Juga beberapa artikel yg lain nya.
Tuhan Yesus menyertai dan memberkati pelayanan dan kehidupan Pak Sonny.
Silahkan kalau itu jadi berkat dan jangan lupa mencantumkan sumbernya.
BalasHapusHampir semua penjelasan nya, Mulai dari sesuatu yg asing mencekram Hati, Superior, dll.. Ini persis apa yang pernah saya alami hingga sekarang..
BalasHapusKiranya, Tuhan Yesus Memampukan saya Meraih apa yang telah Ia Anugerahkan untuk menjadi bagian Ku.. Amin
Hampir semua penjelasan nya, Mulai dari sesuatu yg asing mencekram Hati, Superior, dll.. Ini persis apa yang pernah saya alami hingga sekarang..
BalasHapusKiranya, Tuhan Yesus Memampukan saya Meraih apa yang telah Ia Anugerahkan untuk menjadi bagian Ku.. Amin